Baca Berita

Ngopi, Kasi Bimas Islam Mengulik Kehidupan Rasulullah

Berita

Ngopi, Kasi Bimas Islam Mengulik Kehidupan Rasulullah

 

Kemenag Bintan (Humas)—Sebagai teladan, rumah tangga Rasulullah merupakan potret rumah tangga yang diliputi berkah dan bertabur bunga. Panutan umat sejagat ini adalah sosok suami yang pandai mengistimewakan istrinya. Nabi biasa memanggil Aisyah dengan sebutan Humairah, yang kemerah-merahan pipinya. Hal itu diuraikan oleh Kasi Bimas Islam Kemenag Bintan, Muhammad Hasbi yang memberikan kajian pada giat Ngobrol Perkara Iman (Ngopi), kemarin.

 

“Rasulullah adalah teladan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam rumah tangga. Bagaimana cara Rasulullah memperlakukan istrinya, menjadi teladan bagi kita semua umatnya,” ujar Hasbi kepada ASN Kemenag Kepri yang mengikuti kegiatan tersebut.

 

“Adalah dahulu Nabi SAW jika berkumpul bersama Aisyah di malam hari maka Rasulullan berbincang – bincanng dengan putri Abu Bakar” (HR. Bukhari). Hadist ini menunjukkan bahwa suami yang baik adalah lelaki yang meluangkan waktunya untuk berbicara dengan istri.

 

Berbincang seputar hal yang bermanfaat. Entah perkara dunia atau akhrat. Hadist ini juga mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang hermonis terwujud manakala terjadi komunikasi yang bai kantar anggota Keluarga.

 

Aisyah binti Abu Bakar Radhiallahu anhumma pernah ditanya oleh salah seorang sahabat. “Apakah yang Nabi lakukan ketika berada di rumah bersama istri-nya? Dahulu Nabi biasa membantu pekerjaan rumah keluarganya”, tutur Aisyah Radhiallahu anhaa” (HR Bukhari).

 

Ketika Juwairiyah menikah dengan Rasulullah SAW, Juwairiyah mengubah nama aslinya, Burrah menjadi Juwairiyah, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Sa’ad, “Nama Juwairiyah binti Al-Harits merupakan perubahan dari Burrah. Rasulullah SAW menggantinya menjadi Juwairiyah karena khawatir disebut bahwa beliau keluar dari rumah Burrah (kebaikan).”

 

Juwairiyah menjadi perempuan yang paling berkah sepanjang hidupnya. Dia sangat berbahagia ketika menjadi pengantin dari seseorang yang sangat diharapkannya. Dia selamat dari keterhinaan dan dimerdekakan dari perbudakan, bahkan karena dirinya juga banyak kaumnya yang dibebaskan dari perbudakan. Juwairiyah menjalani masa-masa paling indah dalam kehidupan rumah tangga yang tawaduk. Dia melupakan kehidupan mewah dan bergelimang harta yang pernah dimiliki sebelumnya.

 

Dia merasa senang dapat menjalani kehidupan sebagai Ummahatul Mukminin, mengerjakan shalat, beribadah, dan berzikir. Dia melakukan semua petunjuk Nabi Muhammad SAW setiap hari. Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan Al-Qur’an dan sunah kepadanya. Dia menyerap semua akhlak dan sifat-sifat terpuji dari beliau sehingga dia menjadi teladan dan keimanannya semakin bertambah.

 

Dari Juwairiyah, dia berkata, “Rasulullah SAW datang kepadaku ketika aku bertasbih pada pagi hari. Kemudian beliau pergi untuk menyelesaikan keperluan beliau. Kemudian beliau kembali lagi menemuiku di pertengahan siang ketika aku sedang mengerjakan salat. Beliau bertanya, “Apakah kamu masih saja duduk mengerjakan salat?” Aku menjawab, “Ya.” Rasulullah SAW. bersabda, “Maukah kamu kuberi tahu zikir yang senilai dengan ibadahmu tadi atau kalau ditimbang niscaya akan sama dengan beratnya timbangan seluruh ibadahmu tadi. Ucapkanlah, Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya, Mahasuci Allah sebanyak perhiasan Arsy-Nya, Mahasuci Allah sampai keridhaan Diri-Nya, dan Mahasuci Allah sejumlah kalimat-Nya”.

 

Juwairiyah dikenal sebagai perempuan yang memiliki kecerdasan akal, ketepatan pendapat, keindahan akhlak, kefasihan ucapan, dan kecermatan berbicara. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang berhati bersih, berkepribadian baik, bertakwa, bersih dari kesalahan, bersikap wara’, paham dien, banyak ibadah, doa, dan zikirnya.

 

Hatiman. 

Bagikan Postingan Ini:
© Tim IT Diskominfo Kabupaten Bintan