Baca Berita

Zulfa Hudiyani Sebut Agama Bagian Tak Terpisahkan Masyarakat Muslim Indonesia

Berita

Zulfa Hudiyani Sebut Agama Bagian Tak Terpisahkan Masyarakat Muslim Indonesia

 

Kemenag Bintan (Humas)—Zulfa Hudiyani, Dosen STAIN SAR Kepri ketika menjadi narasumber seminar Moderasi beragama di aula Kantor Kemenag Bintan mengatakan agama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat muslim Indonesia. Semangat keagamaan yang tinggi pula semangat mereka dalam menjalankan perintah agama baik dalam ibadah yang bersifat wajib maupun sunnah.

 

Islam yang moderat menjadi mainstream ormas-ormas Islam di Indonesia. Hal itu ditandai dengan eksisnya NU dan Muhammadiyah sebagai kekuatan ormas Islam paling besar di Indonesia. Tingkat toleransi umat Islam Indonesia terbilang baik, namun tetap ada bibit resistensi dalam beberapa sisi.

 

Saat ini banyak ditemukan perumahan yang dikembangkan sebagai hunian khusus bagi kelompok agama tertentu. Perumahan ini dikembangkan dengan aturan-aturan tertentu yang diyakini sebagai wujud dari implementasi hukum agama.

 

 

Dalam konteks perumahan eksklusif Mulim, Sosiolog Imam  B. Prasojo menemukan fenomena perumahan yang hanya khusus bagi Muslim. Pemilik rumah di perumahan ini dilarang menjual rumah kecuali kepada orang yang beragama Islam. Di perumahan ini juga ada beberapa peraturan, di antaranya: tak ada musik; shalat harus berjemaah; mengaji harus di masjid perumahan; perempuan tidak boleh keluar malam; dan lain-lain.

 

Di beberapa daerah, ada beberapa bangunan rumah ibadah yang berdiri secara berdekatan, bahkan di atas lokasi yang sama dan berbagi halaman. Dalam situasi kehidupan keagamaan yang harmonis antar-kelompok agama, perhelatan di satu rumah ibadah dilaksanakan dalam situasi damai dan saling dukung.

 

 Misalnya, Gereja Katolik Keuskupan Semarang menyelenggarakan kegiatan Pentakosta di Sawangan Muntilan. Kegiatan ini seperti panggung budaya dengan mengundang tokoh-tokoh agama lain. Karena dilakukan saat Bulan Ramadhan dan lokasi gereja berdampingan dengan masjid, pihak gereja “meminta ijin” ke pihak masjid, dan pihak masjid mempersilahkannya.

 

Panitia gereja menyediakan takjil berbuka puasa bagi kaum Muslim di masjid. Tapi takjil terlambat diantarkan karena pihak masjid sengaja tidak menggunakan pengeras suara saat azan Maghrib. Mereka mengajak Jaringan Gusdurian terlibat. Semula panitia ragu untuk menyelenggarakan. Panitia Pentakosta mendatangi masjid dan menanyakan mengapa azan tak berkumandang. Pengelola masjid mengatakan mereka sengaja tidak menyalakan pelantang suara luar, tapi hanya untuk dalam masjid. Alasan mereka karena gereja sedang ada acara.

 

Hatiman. 

Bagikan Postingan Ini:
© Tim IT Diskominfo Kabupaten Bintan