BRIN Gelar FGD Sinergi Pengetahuan Tradisional dan Modern di Bintan Timur
BRIN Gelar FGD Sinergi Pengetahuan Tradisional dan Modern di
Bintan Timur
Kemenag Bintan (Humas) - Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan
Tradisi Lisan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan Fokus
Group Discussion (FGD) Penggalian Data Penelitian dengan tema; “Sinergi
Pengetahuan Tradisional dan Modern pada Pengobatan Penyakit Perempuan Melayu”,
(Kamis, 08/08/2024) di KUA Bintan Timur. Kegiatan dihadiri oleh Ketua LAM
Bintan Pesisir, Perwakilan Dinkes Bintan, Pegiat Posyandu Kijang Kota, bidan
tradisional Desa Kelong dan Desa Tembeling Tanjung.
Kegiatan dibuka oleh Kepala KUA Bintan Pesisir H. Ramli Hamid. Dalam
sambutannya Ramli menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada Tim Peneliti
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan kepada para peserta yang diundang
sebagai sumber informasi tentang tema penelitian.
“Bidan tradisional merupakan ujung tombak tenaga kesehatan yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat terutama dalam proses persalinan, jadi
fungsinya sangat vital. Namun dengan berkembangnya teknologi kesehatan dan
tersedianya tenaga medis modern peran mereka semakin terpinggirkan. Peran dan
pengetahuan bidan tradisional tersebut tidak hilang begitu saja, dan mari
lestarikan dan bersinergi dengan keilmuan modern dalam melayani masyarakat”,
harap Ramli.
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Bintan Pesisir
Dato’ Mazlan menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Mazlan memaparkan
materi tentang “Pengetahuan Lokal Pengobatan Penyakit Perempuan di Bintan
Pesisir terkait Proses Persalinan Menurut Tatacara Tradisional Melayu.”
“Tradisi Melayu dalam penanganan perempuan hamil sudah dimulai
sejak kehamilan bulan kedua, kelima dan ketujuh, biasanya keluarga sudah nempah
“Mak Bidan” artinya menjemput bidan beranak. Perempuan hamil akan dimandikan
oleh “Mak Bidan”. Hingga proses kelahiran dan penanganan kasus yang terjadi
misal bentan, sawang dan serindai. Jadi, selama masa kehamilan hingga beranak
atau melahirkan perempuan Melayu di Bintan Pesisir terus dipantau dan dikontrol
oleh “Mak Bidan”, ujar Mazlan.
Ramli.