Berita

Catatan Seminar Nasional “Kerajaan Riau Lingga Era Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II (Bagian I)

Berita

Catatan Seminar Nasional “Kerajaan Riau Lingga Era Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II (Bagian I)

 

Kemenag Bintan (Humas)-- Seminar Nasional bertemakan “Kerajaan Riau Lingga Era Sultan Abdurrahman Muazzam Syah II” Yang Dipertuan Besar Riau Lingga 1885 – 1911 menjadi salah satu agenda penting di STAIN SAR Kepri. Kegiatan dilaksanakan di STAIN SAR Kepri, Jumat, 3 Nopember 2023. Seminar menghadirkan Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, Guru Besar UIN Jakarta dan Aswandi Syahri, Sejarawan Kepulauan Riau.

 

Dalam makalahnya, sejarawan Kepulauan Riau, Aswandi Syahri mengatakan merujuk pada tema besar seminar dirinya ingin merekonstruksi ulang sejarah fase akhir Kerajaan Riau Lingga yang kala itu dipimpin oleh Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II khususnya era 1902 – 1911.

 

Dia mengatakan ada alasan tertentu mengapa fase akhir ini penting dibahas.

 

Pertama, sejarah Kerajaan era Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II (1885 – 1911) merupakan satu fase sangat pentingdari seluruh fase dalam perjalanan sejarah kerajaan Riau Lingga kala itu. Pada fase Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II berkuasa saat itu merupakan akhir dari Kerajaan bersejarah Riau Lingga yang telah berdiri sejak 1722 hingga berakhirnya pada 1913.

 

Secara resmi institusi Kerajaan ini berakhir di tangan Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II. Misalnya ditandai dengan diberhentikannya sultan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1911.

 

“Memang banyak pertanyaan penting yang belum terjawab secara sah adanya bukti historis yang autentik. Misalnya adanya pertanyaan mengapa Raja Ali Kelana tidak dilantik menjadi Yang Dipertuan Muda Riau setelah ayahnya Raja Muhammad Yusuf wafat pada 1899. Mengapa institusi ini kemudian dihapuskan. Mengapa Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II dimakzulkan. Jawaban mungkin ditemukan ketika adanya fakta bahwa Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II menolak untuk menandatangani kontrak politik baru yang disodorkan Kolonial Belanda pada 1910. Namun itu bukanlah jawaban tunggal,” ujar Aswandi Syahri.

 

Alasan kedua, mengapa sejarah fase akhir Kerajaan pada era Sultan Abdurrahman Muazzamsyah II perlu ditinjau kembali adalah karena adanya penemuan sejumlah bahan sumber sejarah primer yang sangat signifikan pada era ini. Sumber-sumber itu bukan saja melihat dari arsip Sekretariat Hindia Belanda pada ANRI Jakarta atau arsip milik Kementerian Daerah Jajahan Kolonial Belanda di Den Haag tetapi juga diperkaya dengan bahan sumber lokal yang juga berkedudukan amat penting.

 

Menurut Aswandi Syahri, petunjuk itu memunculkan fakta baru yang wajib diungkap. Salah satu bahasan yang menurutnya penting adalah pembangkangan terhadap simbol bendera Kolonial Belanda serta dampak politisnya.

 

Jika kamu penasaran, Simak tulisan berikutnya.

 

Prahum_Hatiman

Bagikan Postingan Ini:
© . Tim IT Diskominfo Kabupaten Bintan