Disela Family Gathering, Kami Kunjungi Situs Meriam Tegak
Disela Family Gathering, Kami Kunjungi Situs Meriam Tegak
Kemenag Bintan (Humas)—Usai mengikuti rangkaian kegiatan family gathering, Kepala Kantor Kemenag Bintan, H. Erman Zaruddin, Ketua DWP, bersama tim mengunjungi salah satu situs penting yang berada di Dabo Singkep, Jumat, 19 Januari 2024.
Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau dijuluki sebagai “Negeri Seribu Satu Meriam”. Uniknya, kami dapat melihat satu meriam yang berdiri tegak. Kami turun melihat ke lokasi meriam tersebut.
Benda kuno warisan sejarah ini mejeng di pinggir pantai dan tepian Jalan Batu Berdaun, Desa Batu Berdaun, Kecamatan Singkep. Separuh batang meriam tertancap di dalam tanah dengan posisi moncong berdiri lurus menatap langit.
Pemkab Lingga menetapkannya sebagai benda cagar budaya yang diberi nama “Meriam Tegak”.
Meriam ini disebut-sebut peninggalan zaman kerajaan Riau. Konon, sambung kisah bermula saat terjadi perseteruan sengit antara putri kerajaan Riau Lingga dan Pangeran. Dari sejumlah artikel di jagat maya, beraneka versi soal kisah meriam tegak. Dituliskan bahwa separuh batang meriam terbenam di tanah ini dipicu pada zaman itu, Sang pangeran mengingkari apa yang pernah d ucapkan janji setia terhadap tuan putri.
Ingkarnya sang pangeran dengan janji – janji tersebut si tuan putri kecewa dengan apa yang telah diucapkan sang pangeran, setelah tahu sang pangeran lari bersama kakaknya tuan putri, Sang Putri Raja tersebut marah, diambilnya meriam ditusukkan meriam tersebut ke dalam tanah, karena masalah percintaannya dikhianati.
Menurut cerita yang kami dapat, pangeran ini datang dari tanah Jawa yang datang merantau ke kerajaan Melayu, waktu itu di zaman Portugis.
Menurut apa yang telah diceritakan, pemerintah pernah beberapa kali berupaya memindahkan meriam tegak ke lokasi aman. Tetapi dia menyebut, meriam berwarna hitam ini tidak dapat dipindahkan. Bahkan, lanjut dia, kendaraan alat berat yang dikerahkan ke lokasi pun kewalahan alias menyerah.
Hingga kini, letak meriam tegak tak bergeser meski letaaknya dipinggir jalan. Pemerintah setempat tetap menjaga dan melestarikan dengan membangun lantai marmer serta memasang pagar mengelilingi meriam. Tampak kain kuning membalut batang meriam tersebut. Sungguh unik!
Hatiman