Kakankemenag Bintan Isi Dialog Cakrawala Ilmu RRI Kupas Kebangkitan Literasi Bagi Generasi Bangsa
(Kemenag
Bintan) – Senin (30/5/2022), Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag)
Kabupaten Bintan, H. Erman Zaruddin menjadi pembicara dalam dialog Cakrawala
Ilmu RRI Tanjungpinang. Dialog yang mengupas tentang kebangkitan literasi bagi
generasi bangsa ini dapat disiarkan melalui PRO I RRI FM 98,30 Mhz
Tanjungpinang pukul 20:00 s.d. 21:00 WIB.
Dengan dipandu oleh host Rima Melati, Kakankemenag Bintan, Erman, mengawali dialognya mengatakan bahwa pemahaman literasi bukan sekadar mampu membaca dan menulis, berhitung, menyimak, dan berbicara. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, literasi tidak lagi sebatas calistung (baca tulis hitung), tetapi telah muncul literasi digital.
“2 tahun di masa pandemi ini kita dipaksa masuk ke literasi digital (dengan mengemas pembelajaran melalui daring/dalam jaringan),” tutur Erman.
Erman menyampaikan, kondisi literasi saat ini di Indonesia masih rendah. Indonesia berada di posisi 71 dari 77 negara pada penelitian literasi yang dilakukan pada tahun 2018. “Selain itu, penelitian tentang literasi pada tahun 2019 menunjukkan Indonesia menempati urutan ke 62 dari 70 negara. Dari penelitian ini terlihat tingkat literasi kita masih menjadi persoalan,” ujarnya.
“Kemampuan baca dan literasi bangsa kita masih satu per seribu, dari 1000 penduduk hanya 1 orang yang menggandrungi literasi. Ini perlu kita bangkitkan, kalo literasi bangkit akan menjadi dasar bangsa untuk maju. Dengan menguasai literasi, dan menguasai kompetensi, serta karakter bangsa maka SDM bangsa akan andal,” urai Erman.
Penyebabnya bangsa Indonesia kurang literasi menurut Erman yang pertama adalah karena stigma. “Stigma literasi bangsa Indonesia masih rendah (sehingga mempengaruhi minat baca), coba jika kita berpikir kebalikannya, pada masa sejarah misalnya di tanah melayu, Raja Ali Haji Fisabilillah pada abad 18 banyak bukunya yang dicetak. Bagaimana mereka menyampaikan ide melalui tulisan (dengan kondisi saat itu). Tulisan tidak menjadi bagus tanpa diiringi dengan membaca,” ucapnya.
“Dalam Islam juga ada perintah Iqra, membaca. Islam sangat menjunjung membaca, kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat literasi, karena ide-ide brilian yang dituangkan menjadi tulisan. Tidak hanya literasi berbentuk buku tetapi juga literasi digital,” imbuhnya.
Erman mengungkapkan beberapa langkah yang bisa diambil untuk meningkatkan literasi bangsa. Pertama, menggerakan literasi dari dunia pendidikan. Gerakan literasi nasional sudah dicanangkan untuk digerakkan oleh lembaga pendidikan melalui guru yang sosoknya digugu dan ditiru.
“Kalau guru nya sudah diberi pemahaman dan semangat untuk berliterasi maka mereka akan bisa menularkan kepada peserta didiknya. Di Kepri sendiri sejak tahun 2018 dengan bekerja sama bersama MediaGuru sudah membuat pelatihan Sagusabu (Satu Guru Satu Buku). Saya dapat merasakan pembenahan yang berarti dari pelatihan ini, salah satunya dulu sulit mencari guru menulis, tetapi saat ini kita sudah punya 488 karya tulis guru yang ber-ISBN, ini wujud kalau kita bisa kalau mau melakukan dan ada wadahnya,” papar Erman.
Langkah kedua adalah dengan membuat taman baca/perpustakaan mini baik di sekolah, perkantoran, maupun fasilitas umum lainnya. Dengan menyesuaikan perkembangan teknologi, perpustakaan dapat dikemas secara digital. “Kita harus mulai berpikir bagaimana sekolah-sekolah sudah bisa mempunyai perpustakaan digital,” serunya.
“Kalau gerakan literasi didukung oleh pemerintah maka akan lebih bagus, karena selama ini masyarakat mengandalkan kemampuan swadaya. Jangan mau kita terus berada di bawah dalam hal literasi,” pungkas Erman. (AP)