Kasi Bimas Islam Kemenag Bintan Ceritakan Kisah Sya’ban Sahabat Rasulullah Pada Safari Zuhur
(Kemenag
Bintan) – Jajaran pegawai Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan
kembali melakukan kegiatan safari zuhur pada bulan Ramadan 1443 H. Pada Senin
(11/4/2022) yang bertepatan dengan 9 Ramadan, Kasi (Kepala Seksi) Bimas Islam
Muhammad Hasbi berkesempatan mengisi tausiah pada safari zuhur yang bertempat
di Masjid Masjid Al-Furqan Jalan Wisata Bahari Kawal Kecamatan Gunung Kijang.
Hasbi menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah hendak mengimami salat fardhu Subuh, namun ketika ia melihat barisan makmumnya, Rasul tidak menemukan Sya’ban pada posisi favoritnya yaitu di pojok barisan. Rasul pun menunggu kedatangannya beberapa waktu kemudian sampai kemudian dilaksanakan karena khawatir salat Subuh menjadi kesiangan.
Selesai salat, Rasulullah pun bertanya kepada jemaah mengenai keberadaan Sya’ban, namun tiada seorang pun yang menjawab. Setelah mengulang pertanyaannya, ada seorang sahabat yang menjawab mengetahui di mana rumah Sya’ban. Kemudian Rasulullah pun meminta sahabatnya mengantarkan ke rumah Sya’ban.
“Perjalanan dari masjid menuju rumah Sya’ban ternyata cukup jauh dan lama, kira-kira 3 jam dengan jalan kaki. Sesampainya di tujuan, Rasul mengucap salam dan beliau disambut oleh istri Sya’ban. Rasul pun langsung meminta bertemu Sya’ban karena Sya’ban tidak ikut salat subuh berjemaah di masjid,” tutur Hasbi yang saat itu hadir bersama Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah dan Penyelenggara Zakat dan Wakaf.
“Namun dijawab oleh istri Sya’ban bahwa Sya’ban telah meninggal dunia pagi itu. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban mengatakan menjelang kematiannya Sya’ban berteriak kalimat ‘aduh kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua. Ia pun lantas menanyakan arti dari teriakan itu semua ke Rasulullah,” sambungnya.
Hasbi melanjutkan, kemudian Rasulullah pun menceritakan bahwa saat Sya’ban sakaratul maut perjalanan hidupnya ditampakkan ulang oleh Allah. Pertama, mengapa berteriak kenapa tidak lebih jauh adalah Sya’ban menyesali kenapa jarak rumahnya menuju masjid tidak lebih jauh daripada 3 jam perjalanan dengan kaki setelah diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari setiap langkah nya ke masjid.
Kedua, mengapa berteriak kenapa tidak lebih baik adalah karena Sya’ban menyesali kenapa ia tidak meminjamkan pakaian terbaiknya kepada orang kedinginan yang ia temukan di jalan dalam perjalanan ke masjid, tetapi malah pakaian yang sudah jelek. Dan ketiga, mengapa berteriak kenapa tidak semua adalah karena Sya’ban menyesali kenapa ia tidak memberikan seluruh roti kepada pengemis yang mendatanginya dalam keadaan lapar, alih-alih ia membagi roti tersebut dengan sama rata dan makan bersama.
Dari kisah tersebut, Hasbi menyampaikan bahwa amal kebaikan memiliki tingkatan pahalanya. Semakin baik yang diberikan, semakin berat upaya yang dilakukan, maka nilai pahala yang didapat semakin tinggi.
Kemudian Hasbi mengingatkan agar jangan sampai ibadah diri sendiri disubsidi oleh orang lain. "Ketika kita tidak berinfak dan membantu untuk kesejahteraan masjid/musala tetapi malah memprotes dengan kondisinya ketika salat di sana, padahal air yang mengalir untuk wudhu, alat salat, listrik, kipas/AC adalah bantuan dari orang lain,” pungkas Hasbi. (AP)