Berita

Kasi PD-Pontren Kemenag Bintan Isi Kultum 24 Ramadan Bahas Hubungan Idulfitri dengan Makanan

Berita

(Kemenag Bintan) – Selasa (26/4/2022), Kasi (Kepala Seksi) PD-Pontren (Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan, H. Rostam Efendi, kembali menjadi pengisi ceramah/kultum (kuliah tujuh menit) pada Ramadan 1443 H ke- 24. Di hadapan pegawai Kemenag Bintan, Rostam membahas tentang hubungan Idulfitri dengan makanan dalam tausiahnya.

“Idulfitri memiliki beberapa arti, salah satunya mengembalikan ke keadaan suci yang berarti nurani hanya bertuhankan Allah dan bukan yang lain. Selain itu, fitri juga bisa diartikan sebagai mengembalikan keadaan ke makan dan minum atau merayakan kesucian dengan makan dan minum,” ungkap Rostam.

“Hal ini didapat dari kata fatara dalam H.R.Tirmizi yang berarti, Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga. Kata fatara di situ bermakna memberi makan,” imbuhnya.

Rostam mengatakan, bulan Ramadan adalah bulan menjauhi makan dan minum di siang hari dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, tetapi ketika Ramadan berakhir dan masuk hari pertama bulan Syawal Allah memerintahkan yang sebaliknya, yaitu mengharamkan puasa. “Hal ini bertolak belakang 180 derajat (antara perintah di bulan Ramadan dan awal Syawal). Pada awal Syawal, Allah kembali mengingatkan jati diri manusia bahwa manusia adalah makhluk yang makan dan minum,” tuturnya.

Lebih lanjut, Rostam menegaskan bahwa perihal makanan ini penting, bahkan kasus pertama dimulainya kehidupan di bumi, yaitu tentang kisah Nabi Adam As. dan Siti Hawa. Mereka dilarang Allah mendekati sebuah pohon, lalu kemudian terjerembab dalam bujuk rayu iblis untuk mendekati dan memakan buah pohon tersebut.

“Iblis menyebut pohon tersebut dengan khuldi, pohon keabadian. Ia menghasut Nabi Adam dan Siti Hawa untuk memakannya dengan iming-iming mendapatkan keabadian. Oleh karena itu, berhati-hati dengan makanan,” tegasnya.

“Surah paling panjang dalam Al-Qur’an tidak berisi tentang perintah salat tetapi tentang warisan, dan ayat paling panjang dalam Al-Qur’an juga tidak berisi tentang perintah salat melainkan tentang utang. Hal ini menegaskan tentang pentingnya urusan duniawi seperti warisan dan utang yang menjadi salah satu sumber makanan,” jelasnya.

Rostam menambahkan, kalau seorang hamba meninggalkan salat ia cukup bertaubat dan lalu mendirikan salat untuk kedepannya. Tetapi kalau persoalan dengan harta dengan orang lain tidak akan berhenti sampai harta tersebut dikembalikan. Oleh sebab itu, menurut Rostam, Idulfitri ini adalah momen untuk mengenang permasalahan terbesar umat manusia yaitu makan dan minum.

Pada saat itu Rostam juga menerangkan tentang pentingnya makan dan minum dari sisi kesucian. Ia menceritakan bahwa Rasulullah pernah menyampaikan bahwa dahulu kala ada seorang Bani Israil yang menempuh perjalanan jauh untuk beribadah. Saking jauhnya wajah dan pakaian Bani Israil itu sampai acak-acakan dan lusuh. Setelah kehabisan bekal makanan, dirinya menengadah ke langit memohon kepada Allah untuk meminta diberi makanan. Tapi rupanya, tenaga yang tersisa untuk memohon kepada Allah bersumber dari makanan haram yang sebelumnya dikonsumsinya, sehingga doa tersebut tidak dikabulkan.

“Asbabnya tidak dikabulkan bukanlah karena tidak melakukan kebajikan, tetapi karena beberapa saat sebelum memulai perjalanan beribadah ia mengonsumsi makanan yang dilarang. Barang/makanan yang haram tidak dapat direkayasa untuk mengubah status keharamannya, namun beberapa ulama memberikan solusinya dengan menggunakannya untuk kepentingan orang banyak,” ujar Rostam.

“Sebening apapun niatmu dalam mengabdi pada Allah, Allah hanya menerima kesucian. Allah itu suci dan tidak menerima dari yang tidak suci,” tambahnya.

Di samping memiliki potensi yang buruk, harta/makanan juga memiliki potensi yang besar untuk mengantarkan pada keridaan Allah. “Tidak perlu harta yang besar, tetapi dengan sesuap nasi atau seteguk air jika diiringi dengan pujian kepada Allah maka Allah akan meridai kita. Untuk mencari rida Allah ini tidak mesti dengan membawa-bawa pedang/senjata berjihad tetapi bisa juga dari pujian atas nikmat makanan yang kita santap,” urainya.

Di tengah pembahasan Idulfitri dan kaitannya dengan makanan, Rostam juga menyempatkan diri menyampaikan perihal zakat dan kaitannya dengan makanan. Dikatakannya, Idulfitri adalah hari yang spesial karena semua umat Islam diberi kecukupan agar tidak lapar dengan adanya aturan zakat fitrah. Zakat fitrah sejatinya tidak disebutkan diberikan kepada yang membutuhkan dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk makanan. Namun ada mazhab yang membolehkan zakat fitrah diganti dengan uang senilai harga beras.

“Walaupun secara fikih tidak ada ulama yang menyampaikan bahwa zakat dapat dibayarkan dengan uang. Tetapi melihat kondisi masyarakat kita yang mungkin juga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan lainnya maka diperbolehkan. Semoga Allah memaklumi hajat orang-orang tersebut,” tandasnya. (AP)

 

Bagikan Postingan Ini:
© . Tim IT Diskominfo Kabupaten Bintan