Kasi PD-Pontren Kemenag Bintan Sebut Nuzulul Quran Adalah Pondasi Literasi
(Kemenag Bintan) – Dalam
tausiahnya, Kasi (Kepala Seksi) PD-Pontren (Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan, H. Rostam
Efendi, menyebutkan bahwa Nuzulul Qur’an adalah pondasi literasi. Hal tersebut
dikarenakan peristiwa turunnya wahyu pertama dari Allah Swt melalui Malaikat
Jibril pada 17 Ramadan belasan abad lalu berisi perintah Allah untuk membaca
dalam Surah Al-‘Alaq.
“Nuzulul Qur’an adalah pondasi literasi. Cerita Nuzulul Qur’an mengingatkan kita pada literasi, menyemangati umat Islam untuk membaca. Arti ayat pertama dalam Surah Al-‘Alaq (Surah Al-Qur’an pertama yang diturunkan Allah) sendiri adalah iqra, yang berarti bacalah,” ucap Rostam di Aula Kemenag Bintan ketika mengisi kultum (kuliah tujuh menit), Selasa (19/4/2022).
“Wahyu (yang berisi perintah membaca) ini ibarat kail yang diberikan kepada orang yang butuh makan. Iqra, bacalah dengan nama Tuhanmu!, wahyu ini adalah kail untuk meraih seluruh kebahagiaan. Bahkan untuk mengukur peradaban suatu negeri dilihat dari indeks membaca rakyatnya. Ternyata untuk mendapatkan ilmu itu dimulai kuncinya dengan membaca. Kitab yang diturunkan disebut Al-Qur’an atau Qur’an, qa ra hamzah nun, juga mempunyai arti membaca,” urai rostam.
“Kata Iqra adalah kata kerja transitif yakni kata kerja yang membutuhkan objek. Namun objeknya tidak disebut di ayat tersebut. Hikmah darinya adalah untuk mengumumkan maful. Bermakna apa saja yang bisa dibaca baik ayat-ayat kauniyyah ataupun ayat-ayat quraniyyah,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Rostam menambahkan, manusia diperintahkan untuk menyertakan (mengucapkan) nama Allah ketika akan membaca ayat quraniyyah (firman Allah dalam Al-Qur’an) maupun (memandang/mengagumi) ayat kauniyyah (ayat-ayat Allah yang terdapat di alam). “Ketika kita menyebut nama Allah terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu itu sejatinya yang membaca dan menjiwai adalah ruh kita melalui perantara lisan/badan,” terangnya.
Rostam menyampaikan sesungguhnya Allah ta’ala mampu menyampaikan secara langsung apa yang dikehendaki-Nya, namun dari catatan sejarah tentang turunnya wahyu ini diketahui bahwa tidak ada wahyu yang tidak sampai kepada Rasul melainkan Jibril turun menyampaikannya.
“Allah tidak mempertontonkan diriNya secara langsung kepada Rasul-Nya, melainkan diwakili oleh Jibril. Bahkan Jibril sendiri juga masih terlalu besar untuk menampakkan dirinya dalam wujud asli di hadapan Rasulullah,” ungkap Rostam. (AP)