Kasi PD-Pontren Kemenag Bintan Sebut Surah Al-Alaq Sebagai Pengingat Bagi Manusia Agar Tidak Melampaui Batas
(Kemenag
Bintan) – Kamis (28/4/2022), Kasi (Kepala Seksi) PD-Pontren (Pendidikan Diniyah
dan Pondok Pesantren) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan, H.
Rostam Efendi, kembali mengisi kegiatan rutin ceramah singkat selama bulan
Ramadan 1443 H. Pada hari terakhir kerja jelang cuti bersama yang bertepatan dengan
26 Ramadan ini, Rostam kembali menerangkan tentang wahyu pertama Allah Swt
kepada Nabi Muhammad Saw yaitu Surah Al-Alaq.
Pada kegiatan yang bertempat di Aula Kemenag Bintan itu, Rostam menyebutkan sesungguhnya kata perintah dalam ayat pertama Surah Al-Alaq yaitu iqra adalah ajakan untuk beramal saleh. Tetapi ditambahkannya, iqra saja tidak cukup untuk beramal saleh dan melaksanakan penghambaan kepada Allah.
“Penyebab hati tidak utuh dalam beribadah adalah karena manusia sebatas iqra, sekadar membaca/menjalankan aktivitas, tetapi tidak diikuti dengan bismirobbikalladzii kholak, menyebut/memuji nama Tuhan yang menciptakan,” ucap Rostam di hadapan para pegawai Kemenag Bintan.
Lebih lanjut dikatakannya, wahyu pertama ini berisi keseimbangan iman dan amal saleh. Menurutnya, jika hanya sebatas iqra/membaca/melaksanakan aktivitas sebagai output dari membaca tanpa diiringi dengan menyebut dan memuji nama Allah sama halnya dengan berakal pintar tetapi hatinya bodoh.
“Ini dapat merusak kehidupan kita di akhirat. Salat, bersyahadat, zakat, puasa, haji, itu adalah kerja atau ibadah fisik semata, tetapi kalau batinnya rusak, hatinya tidak selamat, maka kerja/ibadah fisik itu menjadi tidak berharga,” ujar Rostam.
Untuk menegaskan hal ini, Rostam pun menyinggung kesalahan iblis yaitu karena di dalam hatinya ada penyakit hati/sombong. Iblis enggan melaksanakan perintah Allah untuk menghormati Adam karena merasa lebih baik. “Padahal iblis hanya merasa dirinya lebih baik/hebat dari Adam dari versi (perasaan) dia sendiri, bukan dari ucapan Allah,” ungkapnya.
Lanjut ke ayat kedua Surah Al-Alaq, Rostam mengatakan, ayat ini turun ke bumi ketika manusia merasa bangga dengan kebolehan diri nya sendiri. Oleh karena itu, Allah mengingatkan kepada mereka bahwa mereka diciptakan oleh Allah dari segumpal darah.
“Seharusnya gugur rasa takabbur dalam hati manusia karena semua manusia diciptakan dari segumpal darah, dari barang yang kotor dan najis. Bahkan pada surah yang lain disebutkan manusia diciptakan dari air yang hina (Surah Al-Mursalat ayat 20-22),” terangnya.
“Kita lupa dari apa kita diciptakan. Kita tertipu oleh casing (sampul/bungkus/tampak luar), padahal kita ini adalah WC berjalan yang membawa kotoran. Status kita dengan makhluk yang lain sejajar, baik yang sejenis maupun tidak. Jadi jangan meninggikan diri dan memajukan diri selangkah dari makhluk lain, karena kita semua dari Nabi Adam, dan Nabi Adam diciptakan dari tanah,” imbuhnya.
Lebih rinci tentang makhluk yang sejajar, Rostam menjelaskan, manusia dilarang menyembah malaikat, pohon, dan setan karena semuanya tidak bisa memberi manfaat dan mudarat bagi manusia. Malaikat, pohon, dan setan adalah makhluk yang sejajar dan bukan tempat bergantung (memohon pertolongan/perlindungan/kekuatan).
“Kalau manusia menggantungkan diri pada makhluk Allah lainnya itu adalah kekeliruan terbesar dalam penghambaan. Bersandarlah pada Dzat yang Maha hidup dan tidak pernah mati. Jangan berserah diri pada makhluk, jangan melampaui batas, itu lah pesan dari Surah Al-Alaq,” tandasnya. (AP)