Kasi PD-Pontren Kemenag Bintan Uraikan Potensi Kebaikan yang Ditimbulkan dari Makan
(Kemenag
Bintan) – Kamis (21/4/2022), Kasi (Kepala Seksi) PD-Pontren (Pendidikan Diniyah
dan Pondok Pesantren) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan, H.
Rostam Efendi, menguraikan potensi kebaikan yang ditimbulkan dari aktivitas
makan. Rostam mengatakan bahwa makan bukanlah perkara hina atau buruk, melainkan
ghibalin, sesuatu yang baik yang
berpotensi menopang kebaikan
“Para Nabi dan Rasul sendiri adalah mahluk yang juga memiliki kebiasaan makan, sebagaimana dijelaskan pada Surah Al-Furqan ayat 20 yang berarti, Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Selain itu, Nabi dan Rasul juga memiliki sifat jaiz yaitu sifat-sifat manusia pada umumnya seperti lapar, haus, sakit, lelah, sedih, punya istri dan anak,” kata Rostam mengawali kegiatan kultum pagi yang bertepatan dengan 19 Ramadan 1443 H.
“Nabi dan Rasul bukanlah seperti malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang diinginkan oleh kaum Quraisy pada diri Nabi Muhammad Saw. Mereka lupa bahwa dalam Inijl dan Taurat pun Nabi Musa dan Nabi Isa juga dijelaskan makan. Bahkan Siti Maryam juga memakan Kurma ketika melahirkan Nabi Isa As, dan dari makan itu para Nabi dan Rasul memiliki generasi,” ujar Rostam pada kegiatan yang bertempat di Aula Kemenag Bintan itu.
Kemudian Rostam menguraikan tentang potensi kebaikan yang ditimbulkan makan. Ia mengatakan, bahkan ketika Rasul ditanya sahabat tentang apakah haji mabrur itu, Rasul menjawab, haji mabrur adalah yang memberi makan kepada orang yang butuh makan dan menebar kedamaian. Rostam juga menceritakan bahwa Rasul pernah menerangkan tentang bahaya api negara dan bagaimana cara menghindari nya, yaitu dengan menggunakan harta sebagai perisainya, meskipun hanya dengan setengah biji kurma.
“Makan bisa dijadikan sebagai alat untuk menjelmakan kebaikan. Jika kita tidak segan berbagi makanan dengan orang lain dari apa yang kamu miliki maka bisa jadi itu menjadi perisaimu akan panasnya api neraka. Neraka itu gede, tapi kalau kita pernah berbuat kebaikan bahkan sekecil biji kurma itu dapat menjadi penghalang kita dari api neraka. Oleh karena itu, jangan pernah menyepelekan kebaikan sekecil apapun,” ucap Rostam.
“Bagaimana kalau tidak ada makanan yang hendak diberikan kepada yang membutuhkan? Maka berkata-katalah dengan kata-kata yang baik. Meski tidak mengenyangkan orang lain tetapi batin mereka nyaman dan puas. Dan jangan sekali-kali menghinakan makanan,” pesannya.
Selain bisa mengantarkan orang menuju surga, makanan juga bisa mengantarkan orang masuk neraka. Disebutkannya, memakan harta anak yatim secara zalim maka seakan makanan yang ditelannya adalah api neraka.
“Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka neraka lah tempatnya. Untuk itu, jangan sekali-kali memakan haknya orang lain, termasuk harta anak yatim. Peringatan ini juga tidak terkecuali untuk si ibu dari anak yatim tersebut, agar tidak boleh membelanjakan harta anak yatimnya dengan semaunya,” serunya.
Sebelum menutup kultum, Kasi Bimas Islam, Muhammad Hasbi, selaku penanggung jawab kegiatan kultum rutin selama bulan Ramadan ini menimpali tentang tausiah mengenai potensi makan ini bahwa banyak yang bisa diselesaikan di meja makan. Di meja makan itu pula orang tua mendidik anak-anaknya.
“Bahkan disebutkan oleh Ibu Aisah Dahlan bahwasannya untuk menegur atau menyampaikan pesan kepada anak laki-laki itu harus dalam kondisi perut mereka kenyang/sudah makan,” tandasnya. (AP)