Kepala KUA Kec. Teluk Bintan Ungkap Ramadan Sebagai Bulan Untuk Mengendalikan Syahwat Perut dan Syahwat Faraj
(Kemenag
Bintan) – Rabu (20/4/2022), Kepala KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Teluk
Bintan, Mulyadi, menjadi penceramah pada kegiatan kultum (kuliah tujuh menit)
di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan. Pada kultum yang
digelar bertepatan dengan 18 Ramadan 1443 H ini, Mulyadi mengupas tentang Ramadan
sebagai bulan untuk mengendalikan syahwat perut dan syahwat faraj.
Dituturkannya, berdasarkan firman Allah dalam Surah Al Imrah ayat 14 disebutkan, manusia diciptakan dengan rasa tertarik pada berbagai syahwat seperti kepada perempuan, harta benda, hewan ternak, dan sawah ladang. Syahwat sendiri berarti keinginan, kemauan, atau dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memperoleh apa yang ia inginkan.
“Sebagaimana arti surah tersebut, pada prinsipnya manusia memiliki dorongan pada kesenangan duniawi seperti, perempuan, anak, harta benda, ternak. Tidak hanya cukup, tetapi juga ingin berlebih, berlipat ganda. Meskipun pada akhirnya semua kesenangan yang kita peroleh di dunia ini akan ditinggalkan, karena sesungguhnya sebaik-baik tempat kembali adalah kepada Allah,” ucap Mulyadi pada kegiatan yang bertempat di Aula Kantor Kemenag Bintan itu.
Mulyadi mengungkapkan syahwat ini penting dalam kehidupan sebagai penggerak dalam diri manusia. Menurutnya, Quraish Shihab pernah mengatakan, manusia ini selalu dihiasi dengan nafsu, bisa nafsu yang diberikan/dihiasi oleh Allah atau nafsu yang diberikan oleh setan.
“Kalau syahwat manusia dihiasi oleh Allah berarti keinginan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah dan berjalan dalam keridaan-Nya, sedangkan kalau syahwat tersebut dihiasi oleh rayuan setan maka terjerumuslah manusia melalui syahwatnya, mereka menjadi sesat,” terangnya.
Pentingnya syahwat ini kemudian Mulyadi jelaskan dari uraian Imam Al Gazali yang menyebutkan ada 2 faktor dalam diri manusia yang sangat penting dalam kehidupan. Di mana ketika 2 faktor ini tidak ada maka kehidupannya akan punah. Namun, jika 2 faktor ini tidak dapat dikendalikan, maka manusia akan terjerumus dalam lembah kehinaan. 2 faktor ini adalah syahwat perut dan syahwat faraj.
“Akan ada konflik kalau umat manusia rebutan pada hal 2 ini. Maka dari itu perlu pengendalian diri agar tidak terjerumus dalam lembah kehinaan melalui syahwat perut dan syahwat faraj. Salah satunya dengan berpuasa di bulan Ramadan. Ramadan bagi umat Islam berfungsi sebagai saat untuk mengendalikan dan menahan kedua nafsu tersebut,” papar Mulyadi.
“Puasa membantu mengendalikan kita agar tidak menjadi budak syahwat, budak syahwat adalah kondisi di mana tidak memandang mana yang benar dan tidak dalam ajaran agama Islam. Sementara, Allah memberikan kita akal untuk menimbang mana yang benar dan buruk,” sambungnya.
Mulyadi menambahkan, orang yang terlalu memikirkan syahwatnya akan menjadikan lalai dalam melaksanakan tugas. Bahkan, peristiwa penjajahan dari sejak dulu kala juga dimulai dari keinginan untuk mengisi kebutuhan perut. Setelah kebutuhan itu terpenuhi lalu timbul keinginan untuk menguasai.
“Oleh karena itu, Islam mengajarkan bagaimana agar syahwat manusia dapat ternetralisasi dengan nilai-nilai agama yang kita anut ini. Salah satunya dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan ini. Syahwat perut dan syahwat faraj ini adalah 2 faktor penting yang harus dikendalikan agar tidak membawa kesengsaraan di dunia dan di akhirat,” tutupnya.
Di akhir tausiah, Kasi Bimas Islam, Muhammad Hasbi, yang bertindak sebagai penanggung jawah kegiatan juga memberi sedikit tambahan tentang hal ini. Menurutnya, syahwat perut dan faraj penting bagi manusia, tetapi harus dikendalikan oleh akal, dan akal harus dikawal oleh hati yang bersih. (AP)