KIIS Seri #67 Angkat Tema ASN, Integritas, dan Kawal Program Prioritas Kemenag
(Kemenag Bintan) – Rabu (19/1/22),
Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Agama (Kemenag) menggelar
kegiatan rutin mingguan setiap Rabu yakni, Program KIIS (Kreatif, Inovatif,
Inspiratif, dan Solutif) Jadi ASN (Aparatur Sipil Negara) Solutif. Webinar yang
disiarkan melalui aplikasi Zoom dan
tayang langsung di kanal youtube Itjen
Kemenag pada edisi #67 ini mengangkat tema ASN,
Integritas, dan Mengawal Program Prioritas Kemenag.
Acara dibuka oleh Pranata Humas Itjen Kemenag, Nurul Badruttamam, dilanjutkan dengan penyampaian Keynote Speaker oleh Inspektur Wilayah II Itjen Kemenag, Kusoy. Dalam arahannya, Kusoy mengatakan, ASN Kemenag adalah representasi pemerintah. Untuk itu, ia Mengajak bersama-sama meningkatkan mutu kinerja, profesional, bekerja sesuai dengan SOP, bekerja sesuai regulasi yang berlaku, memegang teguh prinsip yang telah ditetapkan, dan menghindari penyimpangan.
“Hindari penyimpangan, berikan punishment secara adil, berikan reward kepada pegawai yang bermutu. Laksanakan kegiatan untuk kepentingan negara,” ujarnya.
“Lakukan instropeksi, sadar diri bahwa diri adalah ASN, pisahkan urusan pekerjaan, pribadi, dengan keluarga, tingkatkan knowledge, lakukan transformasi dalam pelayanan, transfer ilmu dari senior ke junior, bangun potensi dan memperbaiki kekurangan agar kinerja lebih baik dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ajaknya.
Terdapat 3 (tiga) Narasumber yang mengisi KIIS edisi #67 ini yakni, Ketua STAHN (Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri) Mpu Kuturan Singaraja Bali, I Gede Suwindia, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Lumajang, Muhammad Muslim, dan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bintan, Erman Zaruddin.
Peserta yang menghadiri KIIS dalam ruang aplikasi Zoom mencapai 300an orang ditambah viewer dari kanal youtube di waktu yang bersamaan mencapai 141 orang. Selama pemaparan materi dari Narasumber dipandu oleh 2 orang Host, Humas Kankemenag Lumajang, M. Mudhoffar, dan Humas Kankemenag Bintan, Amilia Putri.
Narasumber pertama, Ketua STAHN Mpu Kuturan, I Gede Suwindia, mengupas tema, Moderasi Beragama Sebagai Payung ASN yang Berintegritas. Mengawali materinya, ia menyampaikan, dalam menjalankan tugas keseharian sebagai ASN, ada beberapa hal yang harus disadari dan ditumbuhkan dalam sanubari bahwa di NKRI, kita hidup di tengah masyarakat heterogen dengan etnis, agama, dan bahasa yang sangat beragam.
“Keberagaman ini bersifat given, kita harus merawat semua ini. Di NKRI ini kita hidup berdampingan dan berinteraksi, terlebih di Kemenag dari seluruh Indonesia dengan Satuan Kerja terbesar terdiri dari berbagai etnis, suku, agama, dan bahasa,” terang I Gede.
“Moderasi beragama terbangun ketika kita hidup berdampingan antarumat dan antaretnis. Era kejayaan sumber daya alam dapat habis, namun era kejayaan SDM yang unggul dan rukun ini penting dirawat dan dinarasikan bersama,” sambungnya lagi.
Selanjutnya, narasumber kedua, Kakankemenag Bintan, Erman Zaruddin, menyampaikan materi tentang menjadi ASN yang Solutif. Mengawali pemaparannya, Erman membacakan beberapa bait pantun tentang integritas dari Buku Antologi Pantun 5 Budaya Kerja Kementerian Agama.
Lebih lanjut, menurut Erman, ASN Solutif adalah ASN yang selalu menjauhi gratifikasi, taat agama, dan mematuhi aturan kerja. Mengenai moderasi beragama, dikatakannya, agar ASN memiliki sikap sesuai dengan semangat moderasi beragama maka dibutuhkan beberapa hal di antaranya, memiliki pemahaman bahwa kehidupan beragama tidak perlu dibenturkan dengan negara.
“ASN Kementerian Agama harus memiliki wawasan keagamaan yang sesuai dengan konsep moderasi beragama. ASN Kemenag juga harus memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan berkomitmen terhadap NKRI. Komitmen ini yang menjadi perekat semangat beragama. Intinya, ASN Kemenag harus memahami moderasi beragama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” urainya.
“Terkait Religiosity Index, Kementerian Agama Kabupaten Bintan dalam rangka mengawal ini akan melakukan upaya seperti pemetaan masalah, deteksi dini terhadap toleransi, kerja sama/kesepakatan agar kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia yang sangat dinamis dapat terus maju dalam suasana penuh toleransi dan kerukunan,” bebernya.
Kemudian Erman menceritakan secara singkat program-program prioritas Kemenag yang telah diterapkan di Kabupaten Bintan. Beberapa di antara nya, sosialisasi moderasi beragama pada tokoh agama, tokoh masyarakat, pendidik dan tenaga kependidikan serta Ormas Islam di Kabupaten Bintan; melaksanakan senam sehat dan jalan santai kerukunan umat beragama di Kabupaten Bintan; membuat konten dan literasi berspektif moderasi beragama; menggelar dialog moderasi beragama; dan pembinaan Desa Sebong Pereh sebagai desa kerukunan Kabupaten Bintan.
Narasumber terakhir yaitu, Kakankemenag Lumajang, Muhammad Muslim, menyampaikan materi tentang Pengarusutamaan Moderasi Beragama di Kabupaten Lumajang. Ia mengutarakan, moderasi beragama adalah sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan (inklusif).
Muslim mengungkapkan potensi konflik di Lumajang berasal dari ex- NII, gerakan Salafi Wahabi, Jemaah Tabligh. Namun potensi konflik ini diuraikan dengan solusi yang dilakukan seperti komunikasi pengarusutamaan dengan menggandeng UIN, dan mendirikan rumah moderasi beragama di SMA, Desa, dan Pondok Pesantren.
Selain itu, tantangan keberagaman secara nasional adalah munculnya gerakan intoleransi, memudarnya nilai luhur bangsa, dan munculnya gerakan Islam transnasional dan penggunaan media sosial. Ia mengakui, kehidupan di Lumajang yang sangat rukun dinodai oleh ulah oknum penendang sesajen di lereng Semeru yang viral tersebut.
Menurutnya, berita penendang sesajen menjadi viral disebabkan oleh media sosial, dan ini disayangkan karena memunculkan berbagai opini negatif dan menganggu stabilitas kerukunan secara nasional. “Sebagai ASN Kemenag kita harus mampu meredam dan tidak ikut-ikutan memviralkan berita ini. Mari kita junjung tinggi persaudaraan seagama, sebangsa, dan sesama manusia. Semoga kejadian ini tidak terjadi lagi di Lumajang maupun di tempat lain,” harapnya. (AP)