Kultum 23 Ramadan di Kemenag Bintan Bahas Malam Lailatul Qadr
(Kemenag
Bintan) – Senin (25/4/2022), kegiatan ceramah/kultum (kuliah tujuh menit) pada
23 Ramadan 1443 H di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan
disampaikan oleh H. Parman Effendi, staf Seksi Pendidikan Madrasah. Bertepatan dengan
memasuki 10 hari terakhir Ramadan, dalam tausiahnya, ia membahas tentang malam
Lailatul Qadr.
Parman mengatakan, dalam Surah Al-Qadr dapat dilihat bahwa umat Nabi Muhammad Saw diberi keistimewaan atau kelebihan agar dapat menjadi umat yang istimewa dibandingkan umat terdahulu. Disebutkannya, meskipun umat Rasulullah memiliki badan yang kecil dan memiliki usia yang sebentar,tapi dengan adanya malam Lailatul Qadr ini, mereka dapat mengumpulkan banyak kebaikan dan mencapai kemuliaan meski terbatas pendeknya usia dibanding usia umat terdahulu yang mencapai ratusan bahkan seribu tahun.
“Malam lailatul qadr adalah malam kemuliaan yang nilainya lebih baik daripada 1000 bulan. 1000 bulan sama dengan sekitar 84 tahun, dibandingkan dengan usia manusia saat ini yang rata-rata hanya 63 tahun jika berpatokan dengan usia Rasul,” ujar Parman di hadapan pegawai pada kegiatan yang bertempat di Aula Kantor Kemenag Bintan ini.
Parman menerangkan, pada malam itu, Allah memerintahkan malaikat yang dipimpin oleh malaikat Jibril untuk memberi salam kepada penduduk bumi sampai terbit fajar. Kesempatan malam kemuliaan ini ada di 10 hari terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil.
“Tentunya dengan adanya malam lailatul qadr ini membuat kita menjadi lebih semangat lagi dalam beribadah. Ini adalah bonus yang Allah berikan kepada kita. Amalkan iktikaf di 10 hari terakhir Ramadan ini, perbanyak membaca al-Qur’an,” ajak Parman.
“Tanda-tanda turunnya malam lailatul qadr adalah malam terasa hening, malam tampak cerah, bahkan air tidak mengalir dan tumbuh-tumbuhan tidak bergerak, dan sinar matahari di pagi hari berwarna putih dan hangat. Berbahagialah orang yang bisa berjumpa dengan lailatul qadr (dengan beribadah),” tambahnya.
Parman pun menceritakan perbedaan sebutan “Kami” dan “Aku” ketika Allah membahasakan diriNya dalam Al-Qur’an sebagaimana ayat pertama Surah Al Qadr yang berarti, sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar.
“Bedanya adalah kalau Allah melibatkan makhluknya dalam sebuah peristiwa maka Allah memakai kata ‘Kami’, seperti ketika Allah melibatkan malaikat Jibril untuk menurunkan Al-Qur’an untuk penduduk bumi. Sedangkan ketika Allah menggunakan kata ‘Aku’, ia menggunakannya sebagai surah yang menceritakan penghambaan atau peribadatan hamba-Nya kepada-Nya, seperti dalam ayat, Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku, (QS. Adz Dzariyat: 56),” jelasnya. (AP)