Laksanakan SE Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kepala KUA SKL Sampaikan Khutbah Persaudaraan Manusia
Kemenag Bintan (Humas)_Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Seri Kuala Lobam, Mulyadi, S.Ag yang bertugas sebagai khatib di Masjid Nurul Hasanah Kelurahan Toapaya Asri, Kecamatan Toapaya menyampaikan materi khutbah dengan tema Persaudaraan Manusia dalam rangka memperingati Hari Persaudaraan Internasional, Jumat, 3 Februari 2023.
Dalam khutbahnya dia menngatakan bersamaan dengan upaya kita memuliakan bulan rajab, ada satu peristiwa penting di bulan Februari, tepatnya Tanggal 4 Februari, yang telah ditetapkan Majelis Umum PBB sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional.
Penetapan tersebut merujuk pada sebuah peristiwa bersejarah ditandatanganinya “Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Damai Bersama” oleh Imam Masjid Besar Al-Azhar, prof. Dr. Ahmad al-Tayeb dan Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik pada Tanggal 4 Februari 2019 di Abu Dhabi.
Peringatan ini mencerminkan keinginan masyarakat dunia, terlepas dari perbedaan yang ada, untuk meciptakan kehidupan yang damai dan lebih berkeadilan. Di era modern saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan manusia kepada kemajuan diberbagai bidang. Tetapi, peradaban manusia yang materialistis-individualistik telah meminggirkan peran manusia dan kemanusiaan dari pentas kehidupan. Nilai-nilai spritualitas diabaikan. Etika dan moral diabaikan. Dunia pun mengalami krisis; ketidakadilan dalam didtribusi kekayaan alam, diskriminasi;kemerosotan moral, pengangguran, keserakahan, permusuhan dan konflik tak berkesudahan dan sebagainya.
Dalam situasi seperti ini, agama sebagai sumber nilai yang luhur harus tampil di muka. Namun sayangnya, di tangan sebagian pemeluknya agama telah berubah menjadi bagian, bahkan menjadi salah satu pemicu, konflik manusia modern. Atas nama agama mereka saling membunuh. Atas nama agama mereka saling mencaci. Atas nama tuhan mereka bermusuhan, menebar ujaran kebencian dan kekerasan, atas nama Tuhan dan agama mereka halalkan segala cara, meski dengan kebencian dan kekerasan.
Oleh karenanya, sangat memprihatinkan jika dikalangan anak-anak muda di beberapa negara terjadi kecendrungan untuk tidakmengakui Tuhan dan tidak beragama (atheis) atau agnistic (bertuhan tapi tidak beragama). Bahkan naifnya lagi, agama tak lagi dianggap penting oleh mayoritas penduduk yang negaranya dianggap paling bahagia. Justru di negara-negara yang penduduknya menganggap agama faktor penting dalam hidupnya, tingkat ukuran kebahagiaannya biasa-biasa saja. Begitulah, agama belum dihadirkan dengan baik sebagai petunjuk yang membawa kepada kedamaian, kesejukan dan kebahagiaan. Agama belum dihadirkan dengan baik sebagai petunjuk yang membawa kepada kedamaian, kesejukan, dan kebahagiaan.
Piagam persaudaraan kemanusiaan untuk hidup berdampingan mengingatkan kita akan Piagam Madinah. Sebuah dokumen yang merajut kebersamaan seluruh komponen warga masyarakat Madinah dengan segala keragaman yang ada. Semua warga Madinah, tanpa terkecuali, terlepas dari perbedaan agama dan kabilah, terjait dalam satu konsep keumatan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama (lahum ma lana wa’alayhim ma ‘alayna).
Sejak awal membangun masyarakat Madinah Nabi membangun hubungan antara sesama warga masrakat tanpa ada perbedaan atau diskriminasi. Dalam pandangan Islam, semua manusia setara bagaikan gigi sisir (an-nasu sawasiyatun ka asnanil musythi). Semua berasal dari satu unsur. Semua berasal dari adam. Dan, adam tercipta dari tanah tidak ada sesorang pun yang memiliki keistimewaan atas orang lain dari segi kemanusiaan. Hanya ketakwaan yang membedakan di mata Tuhan. Agama mengajarkan kepada kita untuk mencintai saudara kita atau orang lain sebagaimana kita mencintai diri sendiri.
Sumber: Mulyadi, S.Ag
(Prahum_Hatiman)