Berita

Mengenal Makam Bukit Batu Yang Ramai Diziarahi Setiap 27 Rajab

Berita

Mengenal Makam Bukit Batu Yang Ramai Diziarahi Setiap 27 Rajab

 

Momentum Isra Mikraj menjadi penting bagi sebagian masyarakat Bintan yang secara rutin menggelar doa bersama di Makam Bukit Batu. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kemenag Bintan, H. Syahjohan mengatakan masyarakat Melayu Bintan yang masih memiliki garis keturunan keluarga Kerajaan Bentan senantiasa menggelar ritual doa bersama di kompleks makam.

 

Dilansir dari berbagai sumber, Kompleks makam Marhum Bukit Batu merupakan makam keluarga Kerajaan Bentan. Di dalam makam terdapat 6 buah makam antara lain (1) Budayana, (2) Wan Pok (Wan Empuk), (3) Wan Malani, (4) Wan Sri Beni, (5) Tok Telani, (6) Tok Hile (Tok Kelaun).

 

Wan Pok dan Wan Telani adalah dua orang perempuan yang berasal dari Bukit Siguntang Mahameru. Mereka sampai ke Bintan mengikuti suami (Nila Pahlawan dan Krisna Pendeta) yang merupakan sahabat Sang Sapurba dan Demang Lebar Daun yang merupakan penguasa Sriwijaya. Mereka hijrah ke Bintan pada Abad ke XII. Sedangkan Tok Telani adalah putra Demang Lebar Daun. Beliau memangku jabatan setelah Bintan membuka negeri baru di Tumasik (Singapura). Sedangkan Wan Beni adalah puteri Bintan yang menikah dengan Sang Nila Utama putera Sang Sapurba.

 

Kemudian Sang Nila Utama membuka negeri baru di Tumasik dan bergelar Sri Tri Buana (Cahaya Tiga Benua yaitu; Palembang, Bintan, dan Tumasik). Tok Hile adalah kerabat dekat Budayana (permaisuri) yang membantu dalam menjalankan pemerintahan. Di salah satu makam terdapat angka tahu 974 Hijriah (1566 M).

 

Makam ini untuk pertama kalinya dicatat oleh Johanes Elias Teysman seorang ahli botani dari Kebun Raya Bogor pada tahun 1872 yang dimuatnya dalam Laporan Sebuah Ekspedisi Botani ke Daerah Bangka, Riau, dan Lingga. Enam tahun kemudian pada tahun 1883, seseorang berkebangsaan Belanda J.G Schot juga melaporkan keberadaan makam ini dalam tulisannya yang berjudul Bijdrage Tot Kennis van Oud Bintan (Sumbangan Bagi Pengetahuan Tentang Sejarah Bintan Lama).

 

Masing-masing makam pada Makam Marhum Bukit Batu terdiri dari dua buah nisan yang terbuat dari bahan batu. Jika diperhatikan jenis batu yang digunakan pada nisan makam Marhum Bukit Batu sama dengan yang digunakan pada makam-makam di Penyengat maupun yang terdapat di Lingga, yaitu berupa batu berwarna merah dan dari jenis batu sedimen. Dari keenam makam ini hanya satu buah makam dengan nisan berbentuk silinder, yang lainnya memiliki nisan dengan bentuk pipih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Othman Yatim berkaitan dengan Batu Aceh, bentuk nisan silinder yang terdapat di dalam Makam Marhum Bukit Batu merupakan nisan yang berkembang pada abad ke-18, sedangkan nisan dengan bentuk pipih berkembang pada abad ke-15. Bagian jirat dari makam-makam yang ada di dalam Makam Marhum Bukit Batu telah diberi keramik.

 

Kompleks makam ini telah diberi pagar tembok dengan dua buah pintu (di sisi timur dan selatan). Tembok berbentuk bujur sangkar ukuran 12 m x 12 m. Tinggi dinding tembok 1,5 m. Makam dilindungi cungkup dan pada bagian tengah makam terbuka tanpa cungkup. Cungkup mengelilingi makam seperti huruf U selebar 2,6 m dengan atap terbuat dari asbes. Pada bagian depan makam terdapat selter segi empat dengan ukuran 7 m x 7 m yang dipergunakan sebagai tempat upacara keselamatan pada setiap tanggal 27 Rajab seperti kemarin. Jarak dari cungkup makam dengan selter 2 m. Pada bagian atap terdapat hiasan papan dengan potongan meruncing pada bagian tengahnya.

 

Hatiman. 

Bagikan Postingan Ini:
© . Tim IT Diskominfo Kabupaten Bintan