Mengenal Tiga Pahlawan Nasional dari Provinsi Kepri
Mengenal Tiga Pahlawan Nasional dari Provinsi Kepri
Kemenag Bintan (Humas)-- Sebagaimana judul asli dalam
"Mengenal Tiga Pahlawan Nasional dari Provinsi Kepri" selengkapnya
baca https://www.detik.com/sumut/berita/d-7029197/mengenal-tiga-pahlawan-nasional-dari-provinsi-kepri.
Ternyata Provinsi Kepulauan Riau memiliki sejarah perjuangan
yang panjang melawan penjajahan Belanda. Hal ini karena rakyat Kepulauan Riau
menolak tunduk kepada bangsa penjajah.
Berkat keberanian rakyat Kepulauan Riau, banyak
tokoh perjuangan yang muncul dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Salah
satu pahlawan nasional asal Kepulauan Riau adalah Raja Ali Haji, yang melalui
karyanya menjadi peletak dasar bahasa Indonesia yang dipakai saat ini.
Selain Raja Ali Haji, dua tokoh perjuangan lainnya yang
ditetapkan sebagai pahlawan nasional dari Kepulauan Riau adalah Raja Haji
Fisabilillah dan Sultan Mahmud Riayat Syah.
Berikut profil singkat ketiga pahlawan Nasional asal
Kepulauan Riau yang dihimpun dari situs resmi Kemendikbud.
Pertama, Raja Haji Fisabilillah
Raja Haji Fisabilillah adalah pahlawan nasional dari
Kepulauan Riau yang gugur dalam perang melawan Belanda pada tanggal 18 Juni
1784. Raja Haji Fisabilillah ditetapkan menjadi pahlawan nasional melalui
Keputusan Presiden RI No. 072/TK/1997 tanggal 11 Agustus 1997. Ia adalah Yang
Dipertuan Muda ke 4 Kerajaan Riau - Lingga - Johor dan Pahang.
Perang dimulai ketika Belanda melanggar
perjanjian dengan Kerajaan Riau - Lingga - Johor dan Pahang. Raja Haji
Fisabilillah membangun pertahanan di beberapa lokasi dan berperang melawan
Belanda selama 2 tahun.
Puncak perang terjadi pada tanggal 6 Januari 1784, di mana
pasukan Raja Haji berhasil menenggelamkan kapal komando Belanda dan menewaskan
pimpinan eskader Belanda. Belanda menarik pasukannya ke Malaka, tetapi Raja
Haji melakukan serangan balik.
Belanda kemudian mengirimkan armada besar ke Malaka untuk
menggempur pertahanan Raja Haji. Pada tanggal 18 Juni 1784, terjadi perang yang
terkenal dengan sebutan "perang sosoh" yaitu perang satu lawan satu.
Dalam perang ini Raja Haji bersama lebih kurang 500 pasukan gugur.
Jenazah Raja Haji Fisabilillah dimakamkan di Bukit Bendera
Malaka, Malaysia, tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Penyengat oleh anaknya
Raja Jakfar. Peristiwa 6 Januari 1784 kemudian diabadikan menjadi Hari jadi
Kota Tanjungpinang dan Raja Haji Fisabilillah kemudian dijadikan Pahlawan
Nasional Republik Indonesia.
Kedua,
Raja Ali Haji
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau dikenal dengan nama
pena Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau sekitar tahun 1803
dan meninggal sekitar tahun 1873. Raja Ali Haji adalah ulama, sejarawan, dan
pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu.
Raja Ali Haji terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar
tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa. Buku tersebut yang menjadi
standar bahasa Melayu.
Bahasa Melayu standar atau disebut bahasa melayu baku. Buku
tersebut yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia.
Raja Ali Haji merupakan keturunan kedua atau cucu dari Raja
Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau. Lewat
beberapa Karyanya Raja Ali Haji mendapatkan penghargaan Pahlawan Nasional 10
November tahun 2004 dengan gelar Bapak Bahasa Indonesia.
Adapun beberapa karya Raja Ali Haji ialah Gurindam Dua
Belas,Kitab Pengetahuan Bahasa, Tuhfat al-Nafis (Bingkisan Berharga tentang
sejarah Melayu), Mukaddimah fi Intizam (hukum dan politik). Selain itu Raja Ali
Haji juga menulis beberapa syair lainnya, seperti Syair Siti Shianah, Syair
Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk.
Ketiga,
Sultan Mahmud Riayat Syah
Sultan Mahmud Riayat Syah biasa juga disebut Sultan Mahmud
III. Ia pahlawan nasional ketiga dari Provinsi Kepri, setelah Raja Haji
Fisabilillah dan Raja Ali Haji.
Sultan Mahmud Riayat Syah lahir pada tanggal 24 Maret 1756
dan meninggal pada 12 Januari 1811. Ia diberi gelar pahlawan nasional oleh
pemerintah melalui Kepres RI No 115/TK/tahun 2017.
Mahmud Syah III adalah anak bungsu dari Sultan Johor ke-13,
Abdul Jalil Muazzam Syah dengan istri keduanya, Tengku Puteh. Sultan Mahmud
Riayat Syah jadi sultan saat masih belia yakni berumur 14 tahun. Sepanjang
hidupnya, ia aktif dalam melawan Belanda.
Sultan Mahmud Riayat Syah melawan Belanda dengan strategi
perang gerilya Laut, sehingga kedaulatan Sultan Mahmud Riayat Syah diakui oleh
Belanda sebagai penguasa terbesar kesultanan Lingga-Riau-Johor-Pahang. Meski
dalam pertempuran ia pernah kalah namun sosok ini jadi lawan yang ulet bagi
Belanda hingga meraih kemenangan di pertempuran selanjutnya.
Sultan Mahmud Riayat Syah wafat di Daik, Lingga, 12 Januari
1811 silam. Ia dimakamkan di kabupaten Lingga Kepulauan Riau.
Itu lah nama-nama pahlawan dari Kepulauan Riau. Selamat Hari
Pahlawan.
Hatiman