NGOPI MTs Tambelan Bahas Hubungan Seorang Hamba dengan Rabbnya dan Antar Sesama Manusia
(Kemenag Bintan) - MTs
Tambelan kembali melaksanakan kegiatan rutin setiap Jumat pagi (11/03/2022) yaitu
NGOPI (Ngobrol Perkara Iman dan Islam). NGOPI yang bertempat di Surau Al Ikhsan
MTs Tambelan kali ini diisi oleh Kepala MTs Miftahul Ulum Kawal Kecamatan Gunung
Kijang, Adrian Riadi.
Materi yang disampaikan saat itu adalah tentang hubungan manusia dengan Allah swt (hablum minallah) dan hubungan antar sesama manusia (hablum minannas). Adrian mengatakan, hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan antar sesama manusia merupakan hal yang sangat penting dijaga bagi seorang hamba yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adrian menambahkan, menjaga hablum minallah dilakukan dengan memaksimalkan ibadah kepada-Nya dengan mempelajari dan mengamalkan segala konsekuensinya. Sementara menjaga hablum minannas bukan berarti mencari rida manusia dengan mengorbankan konsekuensi hablum minallah.
“Menjaga hubungan dengan sesama manusia memang perkara yang penting. Namun, menjaga hubungan dengan Allah Ta’ala adalah perkara yang jauh lebih penting. Tentu saja manusia yang cerdas adalah yang mampu menjaga hubungannya sesama manusia tanpa melanggar segala konsekuensi yang dapat merusak hubungannya dengan Allah,” ucap Adrian.
Adrian mengatakan, rusaknya hubungan antar sesama manusia ibarat kaca yang pecah, jika disusun (disambung) kembali, tetap tidak akan sama dengan semula. Sebuah ungkapan populer yang menggambarkan perasaan yang hancur karena suatu sebab. Kalimat tersebut memang dapat merefleksikan hubungan antar sesama manusia.
“Akan tetapi, apakah kalimat itu berlaku bagi Allah? Jawabannya tentu saja tidak. Karena Allah adalah Rabb Yang Maha Pengampun atas segala perbuatan dosa-dosa hamba-Nya yang setiap hari berbuat kekeliruan. Namun, ada sebuah perbuatan dosa yang sangat fatal dan dapat merusak hubungan antara seorang hamba dengan Rabb-Nya. Dosa itu bernama kesyirikan. Itu pun masih ada celah untuk memperbaikinya dengan bertaubat sebelum ajal datang,” tutur Adrian.
Untuk menegaskan besarnya dosa syirik tersebut, Adrian mengutip Q.S. An-Nisa: 48 yang berisi, sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar.
“Kaidah-kaidah tentang kesyirikan tersebut tentu menjadi suatu hal yang umum diketahui oleh kaum muslimin. Namun, kaidah-kaidah tentang bentuk-bentuk ibadah secara rinci masih banyak yang tidak diketahui oleh sebagian besar muslimin. Banyak yang melakukan suatu ritual tertentu yang terlihat seperti ritual adat biasa, namun mengandung makna ibadah di dalamnya. Sedangkan maksud dari pelaku ritual tersebut bukanlah untuk ibadah kepada Allah Swt. Maka jatuhlah dia kepada kesyirikan,” ungkap Adrian.
Lebih lanjut, Adrian mengatakan terdapat 2 (dua) hak Allah yang wajib ditunaikan oleh seorang hamba, yaitu (1) at-tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan) dan (2) menghindari kesyirikan. Apabila dua hak Allah atau salah satunya ini tidak dapat ditunaikan oleh seorang hamba, maka rusaklah hubungan (hablum) antara dia dengan Rabbnya. Hubungan yang rusak tersebut dapat menyengsarakan sang hamba yang sejatinya fakir terhadap rahmat dan kasih sayang Allah.
“Oleh karenanya, telah jelas bahwa tiada tujuan lain dari penciptaan manusia dan jin selain menyembah hanya kepada Allah Swt. Sebagai seorang hamba, sangat layak bagi kita untuk mendalami secara terperinci dari peribadatan kepada Allah. Hal-hal apa saja yang wajib dan terlarang bagi kita dalam memberikan dua hak Allah tersebut. Tentu hal demikian itu kita lakukan agar hubungan kita dengan-Nya tidak rusak. Karena rusaknya hubungan dengan Allah akan menjerumuskan kita ke dalam kemurkaan dan azab-Nya,” urainya.
Selanjutnya, Adrian menjelaskan tentang hal yang dapat menjadi perusak hubungan antara sesama manusia. Ia menyampaikan, sering kali manusia mendengar perjalanan hidup seorang yang dihormati, dihargai, dipuja, dan dipuji baik karena ilmunya yang luas, jabatan yang tinggi, kekayaan yang melimpah maupun karisma dan popularitas yang membawanya pada sebuah titik puncak kesuksesan duniawi. Namun, tidak jarang dalam hitungan detik decak kagum terhadap mereka berubah menjadi kebencian, caci maki hingga sumpah serapah.
“Dalam waktu yang bersamaan pula dia kehilangan segala galanya di dalam hidup nya. Apa sebab hal yang demikian itu terjadi? Jawabannya adalah karena ia tidak menjaga hubungan (hablum) dengan sesama manusia, yaitu dengan menjaga adab dan akhlak. Hubungan baik antar sesama manusia, khususnya dalam urusan muamalah harus dengan mengedepankan adab dan akhlak yang tinggi,” terangnya.
“Tidak ada yang dapat melanggengkan hubungan antar sesama manusia kecuali dengan adab dan akhlak yang baik. Rasulullah Saw sebagai suri teladan yang sempurna dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam hal adab dan akhlak seharusnya menjadi pedoman kita dalam rangka menjaga hablum minannas. Sehingga dalam menjalankan prioritas kehidupan kita (beribadah kepada Allah Swt), kita dapat menjalankan dengan aman dan nyaman karena adanya kasih sayang dan cinta sesama manusia yang sama-sama mengharapkan ridha Rabbnya,” tutupnya. (ridha/AP)