Berita

Peserta PDWK di Kemenag Bintan Diajak Berpikir Tentang Landasan Teologis Keagamaan dan Fenomena Gunung Es

Berita

(Kemenag Bintan) – Selasa (20/9/2022), pada hari kedua PDWK (Pelatihan Di Wilayah Kerja) di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bintan, 30 ASN peserta pelatihan diberi materi tentang fenomena gunung es dan landasan teologis keagamaan. Materi disampaikan oleh Instruktur Nasional dari Rumah Moderasi Pekanbaru dan Widyaiswara BDK (Balai Diklat Keagamaan) Medan.

Melalui sambungan Zoom, Instruktur Nasional Moderasi Beragama, Azni dalam materinya bertemakan, Landasan Teologis Moderasi Beragama; Nilai Moderasi Dalam Perpektif Teologis Beragama, mengungkapkan fakta Indonesia merupakan negara dengan penganut muslim terbesar di dunia. Terdapat banyak aliran aliran pemikiran yang berkembang. Kondisi ini menjadi sebuah potensi terjadinya gesekan dalam masayarakat. Oleh sebab itu, di sinilah diperlukannya gerakan moderasi beragama untuk mencegah dan meredam konflik.

“Apakah sebagai mayoritas dapat menjadi modal utama terciptanya kerukunan seluruh unsur keragaman. Bahkan dalam 1 agama Islam saja juga terdapat corak keberagaman yang diwadahi dalam ormas-ormas keagamaan,” kata Azni pada kegiatan yang bertempat di Aula Kemenag Bintan.

“Keberagaman ini memunculkan ekspresi yang beragam pula sehingga menjadikan pemeluk agama memiliki potensi penguatan identitas sekaligus potensi timbulnya pergesekan,” ujar Azni di hadapan peserta yang terdiri dari guru, penyuluh agama, dan penghulu se-Kabupaten Bintan.


Azni mengatakan, mengingat potensi dari keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia maka pemerintah melalui instansi vertikal Kemenag memiliki peran mendiseminasikan moderasi beragama melalui penggerak yang berdiri di lini terdepan yakni, guru, penyuluh agama, dan penghulu.

Ia pun menguraikan beberapa indikator moderasi beragama antara lain, toleran, anti-radikalisme, komitmen kebangsaan, dan akomodatif terhadap budaya lokal. “Moderasi beragama memunculkan sikap menjaga keseimbangan, bertindak adil,berilmu, berbudi, dan berhati-hati, yang semuanya menciptakan kehidupan yang toleran, rukun, dan damai,” jelasnya pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Loka Pendidikan dan Pelatihan Pekanbaru itu.


Di sisi lain, Widyaiswara BDK Medan, Nurhamidah Siregar, mengajak peserta untuk menyelami fenomena gunung es persoalan dalam sistem sosial. Salah satu contoh yang diambil adanya kelompok masyarakat yang beragama secara ekstrem dalam berbagai bentuk dan respon Kemenag belum optimal, salah satu contohnya adalah maraknya kampanye nikah muda.

Peserta dilatih untuk mencari tahu tren/perkembangan apa yang menyebabkan maraknya nikah muda. “Di balik fenomena nikah muda ini terdapat beberapa latar belakang penyebab di antaranya, tren spiritualitas, justifikasi praktik beragama, budaya patriarki, regulasi dan program pemerintah belum responsif, dan adany rasa malu seolah tidak laku dan dilakukan sudah turun temurun,” ungkap Nurhamidah.

Nurhamidah juga menjelaskan bagaimana cara mengubah paradigma berpikir (rethinking) masyarakat tentang nikah muda seperti dengan mengubah layanan, mendesain kebijakan, dan pemberian reward. Sama halnya dengan rethinking isu sensitif keberagamaan dengan cara moderasi beragama, pemerintah bersama lembaga pendidikan hendaknya dapat mewujudkan sikap kebiasan baru beragama yang moderat.

Narasumber sesi selanjutnya di hari kedua ini adalah anggota DPR RI komisi 8, Dr. H. Achmad, Kakanwil Kemenag Kepri, H. Mahbub Daryanto, dan Kepala Loka Pendidikan dan Pelatihan Pekanbaru, Khrisfison. Pelatihan dilaksanakan selama 6 hari dari tanggal 19 s.d. 24 September 2022 dengan diisi oleh beberapa narasumber berkompeten di bidangnya. (AP)

 

 

Bagikan Postingan Ini:
© . Tim IT Diskominfo Kabupaten Bintan