Berita

Tausiyah Ramadhan di Radio Bintan, Mulyadi Uraikan Ciri-Ciri Khas Kitab Suci Alquran

Berita

Tausiyah Ramadhan di Radio Bintan, Mulyadi Uraikan Ciri-Ciri Khas Kitab Suci Alquran

Kemenag Bintan (Humas)_Kepala KUA Seri Kuala Lobam, Mulyadi menjadi salah satu narasumber yang memberikan taisuyah Ramadhan di Radio Bintan, Sabtu, 8 April 2023.

Mulyadi menjelaskan Al-Qur’an adalah kitab terakhir diturunkan kepada nabi terakhir, Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang mengandung tuntunan, ajaran, dan kisah berbagai umat masa lalu untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam.

Ulama ushul fikih mendifinisikan Al-Qur’an dengan “kalam Allah, mengandung mukjizat dan diturunkan kepada Rasulullah SAW dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir (dituturkan oleh orang banyak kepada orang banyak sampai sekarang, yang tidak mungkin mereka ini sepakat akan berdusta), membacanya merupakan ibadah, terdapat dalam mushaf, dimulai dari surah al-Fatihah (1) dan ditutup dengan surah an_Nas (114).

Dari definisi tersebut ulama usul fikih menyimpulkan ciri-ciri khas Al-Qur’an sebagai berikut:

Pertama, Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Apabila kalam Allah SWT itu tidak diturunkan kepada Muhammad SAW tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Zabur (diturunkan kepada Nabi Daud AS), Taurat (diturunkan kepada Nabi Musa AS), dan Injil (diturunkan kepada Nabi Isa AS). Bukti bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT adalah kemukjizatan yang dikandung oleh Al-Qur’an itu sendiri, baik dari struktur bahasa, isyarat ilmiah yang dikandungnya, dan ramalan masa depan yang diungkap oleh Al-Qur’an.

Kedua, Al-Qur’an seluruhnya diturunkan dalam bahasa Arab Kuraisy. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa ayat Al-Qur’an itu sendiri, seperti surat Yusuf (12) ayat 2 yang maknanya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Qur'an berbahasa Arab, agar kamu mengerti”.

Oleh sebab itu, tafsir dan terjemahan dari Al-Qur’an tidak dinamakan Al-Qur’an, tidak bernilai ibadah membacanya seperti nilah membaca Al-Qur’an dan tidak sah salat dengan hanya membaca terjemahan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an itu nama dari struktur bahasa dan makna yang dikandungnya.

Ketiga, Alquran itu dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir tanpa perubahan dan penggantian satu kata pun. Berbeda dengan kitab-kitab samawi (yang datang dari Allah SWT) lain yang ditujukkan kepada para rasul sebelum Muhammad SAW, sifatnya tidak mutawatir dan tidak dijamin keasliannya. Sementar Al-Qur’an terpelihara kemurniannya, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat al-Hijr (15) ayat 9 yang maknanya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan  sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.l

Oleh sebab itu, apabila tidak bersifat mutawatir seperti al-qira’ah asy-syazzah (bacaan yang cacat) dan hadis, termasuk hadis qudsi (hadits yang maknanya berasal dari Allah SWT dan lafalnya berasal dari Nabi SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an.

Keempat, membaca setiap kata dalam Al-Qur’an mendapat pahala dari Allah SWT baik bacaan itu berasal dari hafalan sendiri maupun dibaca langsung dari mushaf Al-Qur’an. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka Ia mendapat satu kebaikan, satu kebaikan bernilai sepuluh kali. Saya tidak mengatakan aliflammim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR. at-Tirmizi dan al-Hakim dari Abdullah bin Mas'ud).

Kelima, ciri terakhir dari Al-Qur’an yang dianggap sebagai suatu kehati-hatian bagi ulama untuk membedakan Al-Qur’an dengan kitab-kitab lainnya adalah bahwa Al-Qur’an itu dimulai dari surah al-Fatihah (1) dan diakhiri dengan surah an-Nas (114). Tata urutan surat yang terdapat dalam Al-Qur’an disusun sesuai dengan petunjuk Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, tidak boleh diubah dan diganti letaknya. Dengan demikian doa-doa yang biasanya ditambahkan di akhir Al-Qur’an tidak termasuk Alquran.

Kontri: Mulyadi

Bagikan Postingan Ini:
© . Tim IT Diskominfo Kabupaten Bintan