Tim Hisab Rukyat Kepulauan Riau Gelar Pengamatan Hilal di Pantai Setumu
Tim Hisab Rukyat Kepulauan Riau Gelar Pengamatan Hilal di
Pantai Setumu
Kemenag Bintan (Humas) – Tim Hisab Rukyat Provinsi Kepulauan
Riau menggelar pengamatan hilal awal Ramadhan 1445 H di Pantai Setumu, Dompak,
Minggu, 11 Maret 2024 sore. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Kanwil
Kemenag Kepri, para pejabat administrator, Kepala Kemenag Bintan, Kepala
Kemenag Tanjungpinang, BMKG Tanjungpinang, perwakilan NU, Muhammadiyah dan
ormas lainnya.
Kepala BMKG Tanjungpinang Ahmad Kosasi menjelaskan ketinggian
hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara
-0,4 derajat di wilayah Papua sampai dengan 0,8 derajat di wilayah Aceh. Lama
mengamti hilal + 5 menit setelah matahari terbenam.
Berdasarkan pengamatan citra satelit infrared 10 Maret 2024 pukul
15.00 Wib, terpantau terdapat pumpunan awan di wilayah Pulau Bintan dan
sekitarnya. Kondisi cuaca pada saat rukyatul hilal diperkirakan berawan dan
berawan tebal.
Berdasarkan pengamatan citra radar produk CMAX 10 Maret 2024
pukul 15.48 Wib terpantau terdapat banyak pumpunan awan khususnya di wilayah
Dompak dan sekitarnya. Kondisi cuaca pada saat rukyatul hilal diperkirakan
berawan dan berawan tebal.
Data hilal dan matahari saat matahari terbenam pada Minggu,
10 Maret 2024 yang menjadi penentu awal bulan Ramadhan 1445 H sebagai berikut;
Pertama, konujungsi geosentrik atau fase bulan baru atau
ijtima adalah peristiwa ketika bujur ekliptika bulan sama dengan bujur
ekliptika matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat bumi.
Kedua, waktu terbenam dinyatakan ketika masing-masing
piringan atas bulan atau matahari tepat berada di horizon teramati.
Ketiga, Azimuth dinyatakan dari titik utara geografis
menyusuri horizon ke arah timur hingga ke posisi proyeksi benda langit di
horizon. Benda langit yang dimaksud adalah bulan dan matahari.
Keempat, tinggi hilal dari horizon teramati dinyatakan
sebagai ketinggian pusat piringan bulan dari horizon teramati untuk pengamat di
permukaan bumi.
Kelima, umur bulan adalah selisih antara waktu terbenam bulan
dan matahari dengan waktu terjadinya konjungsi.
Keenam, Lag adalah selisih antara waktu terbenam dengan bulan
dan matahari. Lag setara dengan lama bulan di atas horizon teramati.
Ketujuh, Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan
bulan dan pusat piringan matahari untuk pengamat di permukaan bumi.
Kedelapan, Fraksi illuminasi adalah persentase perbandingan
antara luas piringan bulan yang tercahayai oleh matahari dan menghadap ke
pengamat di permukaan bumi dengan luas seluruh piringan bulan.
Kesembilan, hilal berpotensi untuk teramati jika nilai
kontras hilal lebih besar dari pada nol.
Hasil perhitungan di lokasi adalah elongasi 1.61 derajat,
umur bulan 2 jam 15 menit.
Hatiman.