Ustadz Parman Uraikan Tiga Manisnya Iman
Ustadz Parman Uraikan Tiga Manisnya Iman
Kemenag Bintan (Humas) – Ustadz H. Parman Effendi menjadi khatib salat Jumat di Masjid Al Ashri Km. 40 Lintas Barat, Jumat, 4 Oktober 2024. Ustadz Parman Effendi merupakan salah satu ASN Kemenag Bintan. Dalam khutbahnya dia mengatakan sesungguhnya iman itu memiliki rasa, yaitu rasa manis di dalam dada. Akan tetapi tidak setiap manusia atau tidak setiap orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah Swt, otomatis dia merasakan manisnya iman. Karena orang yang merasakan manisnya iman, maka Allah Swt akan memberikan kelezatan di dalam ibadah dan ketaatannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Ada tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman.” Yang pertama:
“Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya.”
“Dan ia mencintai orang lain, ia cintai karena Allah.”
“Dan ia tidak mau kembali kepada kekafiran, tidak mau kembali kepada dunia yang gelap, sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa siapapun orang yang memiliki tiga perangai ini, maka dia akan mendapatkan manisnya iman di dadanya, kelezatan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Katakan, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku (yaitu Rasulullah), niscaya Allah akan ampuni kalian dan cintai kalian.” (QS. Ali Imran[3]: 31).
Menurut Ibnu Katsir ayat ini sebagai ayat ujian bagi setiap orang yang mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan mencintai Allah. Allah mengatakan, “Jika kalian mencintai Allah, hendaklah kalian mengikuti Rasulullah.” Karena orang yang menyatakan bahwasanya dia cinta kepada Allah, maka realisasinya adalah dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bukan dengan cara kita berbuat bid’ah dengan mengada-ngada ibadah yang tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi dengan cara ittiba’, mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Setiap ibadah yang telah jelas ada perintahnya dari Rasulullah mari kita laksanakan. Tetapi kalau tidak ada perintahnya, maka ia tidak melakukannya.
Karena ia menyadari bahwasanya ibadah itu hak Allah, bukan hak dirinya. Hak Allah ingin diibadahi sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhai. Dengan demikian ia tidak berani mengamalkan suatu ibadah yang tidak jelas dalilnya. Karena sesungguhnya itulah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada diatasnya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
Mencintai Allah dan RasulNya dengan cara kita berusaha dan semangat menjalankan perintah Allah SWT, serta menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kemudian perangai yang kedua:
“Ia mencintai seseorang karena Allah.” Bukan karena kepentingan-kepentingan dunia, bukan karena ikatan-ikatan yang sifatnya dunia. Sebagian orang mencintai karena ikatan partai atau karena ikatan lembaga atau karena ikatan yayasan atau karena ikatan organisasi, semua itu -wallah- bukan cinta karena Allah.
Orang-orang yang bertaqwa, yang cinta mereka karena Allah, karena ketaatan, karena ketaqwaan, karena ketundukannya kepada Allah dan RasulNya, semakin dia melihat seseorang yang sangat taat kepada Allah, semakin dia mencintainya.
Perangai yang ketiga:
“Ia tidak mau kembali lagi kepada kekafiran.”
Ia tidak mau kembali kepada dunianya yang gelap terdahulu, sebagaimana ia tidak mau dilemparkan ke dalam api. Karena ia sudah merasakan nikmatnya hidayah, dia sudah merasakan nikmatnya hijrah, dia sudah merasakannya nikmatnya ketaatan. Maka tidak akan pernah ia menjual lagi nikmat hidayah tersebut walaupun dengan uang ataupun harta yang memenuhi bumi.
Inilah tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada diri seseorang -kata Rasulullah- maka ia akan merasakan manisnya iman.
Parman.