Zainal Nahra Ceritakan Kisah Mimpi Thalhah bin Ubaidillah dan Keutamaan Ramadan
Zainal Nahra Ceritakan Kisah Mimpi Thalhah bin Ubaidillah
dan Keutamaan Ramadan
Kemenag Bintan (Humas) - Kepala KUA
Toapaya, H. Zainal Nahra menyampaikan tausiyah Ramadan 1445 H untuk jajaran
Kantor Kemenag Bintan, Kamis, 21 Maret 2024. Kegiatan dilaksanakan usai salat
Dzuhur berjamaah di musala Al Muhajirin, Ceruk Ijuk, Bintan.
Dia menceritakan kisah mimpi
Thalhah Bin Ubaidillah dan keutamaan Ramadan, bulan agung yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Bulan
yang memiliki banyak kemuliaan dan keutamaan. Waktu di mana umat Islam
dibukakan berjuta kebaikan oleh Allah SWT. Waktu yang tidak boleh disia-siakan
oleh semua orang beriman. Waktu termasuk nikmat yang sangat besar terhadap
seorang hamba, Allah memberinya kesempatan dan umur panjang dalam ketaatan
kepada Allah.
Sebagaimana ketika Rasulullah ditanya sahabat: “Siapakah manusia yang paling baik?” Rasulullah menjawab: “Siapa saja yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Tentang penggunaan waktu dan
keutamaan Ramadan, Zainal berbagi kisah mimpi dari sahabat Rasulullah, Thalhah
bin Ubaidillah. Diceritakan tentang dua orang lelaki bertakwa dari suku
Qudha'ah yang ringan tangan membantu dengan harta maupun tenaga untuk dakwah
Islam. Hingga suatu saat keduanya dengan gembira memenuhi panggilan jihad dan
berharap mati syahid yang dijamin masuk surga.
Dalam perang tersebut, seorang
meninggal syahid sedang seorang lainnya pulang membawa kemenangan gemilang.
Setahun kemudian, ia meninggal karena sakit. Suatu malam Thalhah bermimpi
tentang keduanya. Saat itu, Thalhah berada di depan pintu surga bersama kedua sahabat
tersebut. Tiba-tiba dari dalam surga terdengar suara yang memanggil sahabat
yang meninggal karena sakit dan mempersilakan masuk surga. Setelah itu baru
terdengar suara lagi memanggil sahabat yang mati syahid, dan masuklah ia ke
dalam surga.
Lalu kembali terdengar suara dan
berkata kepada Thalhah, “Kembalilah karena belum waktumu masuk surga."
Thalhah pun terbangun dari mimpinya.
Keesokan hari Thalhah menceritakan
mimpi tersebut kepada sahabat-sahabat lainnya namun mereka tidak percaya.
Bagaimana mungkin sahabat yang meninggal karena sakit dipanggil lebih dahulu
masuk surga daripada yang mati syahid.
Kisah ini pun terdengar Rasulullah
Saw, lalu dipanggil Thalhah untuk menceritakan. Mendengar cerita mimpi
Thalhah tersebut, Rasullullah membenarkannya dan para sahabat pun heran.
“Mengapa temannya yang meninggal terakhir masuk surga lebih dahulu dari pada
temannya yang meninggal karena mati syahid?’’ Rasulullah saw bertanya balik:
“Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” Mereka
menjawab: “Betul."
Rasulullah bertanya: “Dan bukankah ia
masih mendapati Ramadhan, lalu ia berpuasa, melakukan salat ini dan itu selama
satu tahun itu?” Mereka menjawab: “Betul." Maka Rasulullah berkata: “Maka
jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi” (HR.
Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
Dari kisah tersebut menunjukkan
betapa keutamaan bulan Ramadhan dan ibadah di dalamnya dapat mengalahkan
keutamaan seorang yang mati syahid.
Oleh karena itu Irwandi mengajak
kepada jamaah untuk bersemangat dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan
dengan memahami keutamaan-keutamaan ibadah yang dilakukan, sehingga bisa
menjiwai dan merasakan nikmatnya menjalankan suatu amal kebajikan. Apalagi pada
bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan
dibelenggu.
Maksud dibukanya semua pintu surga
adalah agar hambanya senantiasa melakukan berbagai macam ketaatan dan amal
shalih selama bulan Ramadhan. Misalnya membuat target setiap hari tiga juz
membaca Al-Qur'an, shalat tarawih, shalat tahajud, shalat witir, berdzikir,
berdoa, dan melakukan ibadah yang lainnya yang menjadi kunci sekaligus pintu
untuk masuk surga Allah SWT.
Sedangkan ditutupnya pintu neraka dan
setan dibelenggu bukan berarti kita bebas melakukan kemaksiatan, tapi setiap
muslim harus menjauhkan diri dari bisikan setan dan meninggalkan segala macam
perbuatan yang dilarang Allah swt. Dengan begitu setan tidak mudah mengganggu
kaum muslimin yang sedang berpuasa dan yang menyibukkan diri dengan amal
ibadah, yang senantiasa membersihkan jiwanya dan mengendalikan hawa nafsunya.
Hatiman.