KH. Rostam Effendi Sampaikan Keutamaan Mensucikan Nama Allah Swt
KH. Rostam Effendi Sampaikan Keutamaan Mensucikan Nama Allah Swt
Kemenag Bintan (Humas) – Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bintan, KH. Rostam Effendi mengatakan
di hari Jumat merupakan saat yang baik untuk banyak mensucikan nama Allah Swt. Hal
itu disampaikannya saat memberikan tausiyah pada giat Ngobrol Perkara Iman
(Ngopi) di aula Kantor Kemenag Bintan, Jumat, 9 Agustus 2024. Giat Ngopi
dihadiri oleh para pejabat pengawas, pengawas madrasah dan seluruh ASN.
Cara kita mensucikan nama Allah dapat dilakukan dengan berbagai
cara.
Pertama, tidak menamai nama Tuhanmu dengan nama yang tidak
diajarkan oleh Allah dan Rasulnya. Rasulullah mengajarkan untuk mensucikan nama
Allah dengan nama-nama dalam Asmaul Husna.
Kedua, jangan sampai nama tuhan dicaci maki oleh orang yang tidak
bertanggung jawab agar tidak dicaci maki oleh para penyembah berhala.
Agama Islam melarang
pemeluknya untuk mencaci maki kepercayaan umat agama lain. Islam meminta muslim
untuk menghormati kepercayaan umat agama lain. Caci maki terhadap kepercayaan
agama lain hanya memicu perseteruan antarumat beragama. Al-Qur’an dalam Surat Al-An’am ayat 108
mengingatkan umat Islam agar tidak menghina tuhan yang dipercayai oleh umat
agama lain karena dapat mengundang penghinaan terhadap keyakinan umat Islam.
Artinya, “Jangan kalian
memaki sesembahan mereka selain Allah, karena mereka akan berbalik memaki Allah
dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.’ Demikianlah, Kami jadikan
setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka
kerjakan,” (Surat Al-An’am ayat 108).
Imam Al-Baghawi dalam
tafsirnya, Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil, mengutip sahabat Ibnu
Abbas RA yang bercerita bahwa ketika Surat Al-Anbiya ayat 98 turun, orang-orang
musyrik Makkah tersinggung. Mereka protes. “Muhammad, kamu berhenti mencaci
maki tuhan-tuhan kami, atau kami akan menghina tuhanmu?” Allah kemudian
melarang umat Islam untuk mencaci maki tuhan-tuhan orang musyrik.
Hatiman.