Ngopi, Ustadz Dartoyo Ceritakan Kisah Amr Bin Jamuh
Ngopi, Ustadz Dartoyo Ceritakan Kisah Amr Bin Jamuh
Kemenag Bintan (Humas) – Pengawas PAI Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Bintan, Dartoyo memberikan tauisyah dalam kegiatan Ngobrol
Perkara Iman (Ngopi) di aula Kantor Kemenag Bintan, Jumat, 26 Juli 2024 pagi.
Kepada ASN Kemenag Bintan, Dartoyo mengatakan Muharram
merupakan bulan yang mulia. Dia meminta kepada koleganya untuk memanfaatkan
momentum Muharram dengan berbagai kebaikan.
Dartoyo mengungkapkan kisah sahabat Nabi yang terberkahi
umurnya sehingga masuk surga. Nabi Muhammad SAW
dikelilingi para sahabat yang setia dan penuh pengorbanan dalam ikut
memperjuangkan agama Allah. Bahkan, para sahabat itu telah dijamin oleh
Rasulullah SAW akan masuk surga. Salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dijamin
masuk surga adalah Amr bin al-Jamuh.
Amr bin Al-Jamuh adalah
seorang yang pincang kakinya. Namun demikian, meski kondisi fisiknya tidak
sempurna, ia memiliki keberanian dan tekad yang kuat untuk mendapatkan syahid.
Sehingga, Allah pun memuliakannya dengan syahid itu.
Amr bin al-Jamuh adalah
seorang pemuka Bani Salamah yang disegani. Ia adalah salah seorang pemimpin
Yatsrib pada masa jahiliyah. Sebelum
masuk Islam, ia menyembah berhala Manat. Manat ini merupakan patung yang terbuat
dari kayu yang indah dan mahal harganya. Hampir setiap hari patung itu
dibersihkan dan diminyaki dengan wangi-wangian khusus dan mahal.
Mengutip buku berjudul
Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 2 karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi,
dikisahkan bahwa Amr bin Al-Jamuh memiliki empat orang anak laki-laki, di
antaranya Khallad, Mu'awwidz, Mu'adz, dan Abu Aiman. Anak-anaknya dan istrinya,
Hindun, telah lebih dulu masuk Islam. Suatu hari, sang ayah mengetahui
keislaman mereka.
Saat mengetahui anaknya
belajar agama Islam, ia meminta anaknya mengatakan tentang yang didengarnya.
Anaknya bernama Mu'adz lantas membacakan surah al-Fatihah. Amr bin al-Jamuh
terpesona mendengar surah tersebut. Namun, ia masih saja meminta petunjuk kepada
berhala Manat.
Hingga kemudian,
beberapa pemuda mengikat berhala Manat dengan bangkai anjing di sebuah sumur.
Amr bin al-Jamuh kemudian tersadar dan mulai berpikir bahwa berhala itu tidak
memiliki kekuatan apa pun dan tidak bisa melindungi dirinya dari aniaya orang
lain. Ia akhirnya memutuskan masuk Islam.
Amr bin al-Jamuh
membersihkan badan dan pakaian serta memakai wewangian sebelum menemui
Rasulullah SAW. Ia pun menyesali dosa-dosanya selama dalam kemusyrikan. Setelah
masuk Islam, ia mengerahkan seluruh hidupnya, hartanya, dan anak-anaknya dalam
menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Pada perang Uhud, Amr
bin Al-Jamuh memiliki niat ikut berperang bersama Rasulullah SAW. Namun,
anak-anaknya ingin menahannya agar tidak usah ikut berperang lantaran keadaan
fisiknya. Mereka berkata kepada ayahnya, "Allah memaafkanmu."
Ketika Islam memasuki
kota Yatsrib, usia Amr bin al-Jamuh sudah lewat 60 tahun. Sehingga ia terbilang
sudah renta, ditambah kondisi fisiknya yang pincang.
Amr bin Al-Jamuh lantas
datang menghadap Rasulullah sembari berkata, "Wahai Rasulullah, anak-anak
saya ingin menahan saya dari peperangan ini. Mereka menahan agar tidak ikut
pergi bersamamu. Demi Allah, saya ingin melangkah dengan kepincangan saya ini
di dalam surga."
Rasulullah SAW berkata,
"Allah telah memaafkanmu, engkau tidak diwajibkan berjihad."
Rasulullah juga berkata kepada anak-anaknya, "Kamu tidak boleh menahannya,
semoga Allah memberikan syahid kepadanya."
Namun, karena tekadnya,
Rasulullah SAW kemudian mengizinkannya ikut serta dalam perang Uhud. Ia
kemudian pergi menghadap kiblat sambil mengucapkan, "Ya Allah, jangan
kembalikan aku kepada keluargaku dalam keadaan sia-sia." Ia lalu gugur
sebagai syahid.
Dalam riwayat lain
disebutkan, Amr bin Al-Jamuh datang menghadap Rasulullah SAW seraya berkata,
"Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku berperang fi sabilillah
hingga aku terbunuh. Apakah di dalam surga aku akan berjalan dengan kaki yang
tidak cacat?" Rasulullah menjawab, "Ya." Ia selanjutnya gugur
sebagai syahid pada perang Uhud. Rasulullah kemudian melewati jasadnya, anak
saudaranya, dan seorang hamba sahayanya dan mengubur mereka dalam satu kubur.
Disebutkan pula,
Rasulullah SAW memerintahkan untuk memakamkan jasad Abdullah bin Amr bin Haram
dan Amr bin Jamuh dalam satu liang lahat. Sebab, semasa hidup mereka berdua
adalah sahabat setia yang saling menyayangi. Ia juga dimakamkan satu liang
dengan putranya, Khalad bin Amr.
“Kisah Amr Bin Jamuh
menjadi contoh baik bagaimana kita menggunakan sisa usia kita,” pesan Dartoyo.
Hatiman.