Ustadz H. Parman Effendi Sampaikan Khutbah Menata Hati Sebagai Upaya Menata Kehidupan
Ustadz H. Parman Effendi
Sampaikan Khutbah Menata Hati Sebagai Upaya Menata Kehidupan
Kemenag
Bintan (Humas) – Ustadz H. Parman Effendi yang merupakan ASN Kantor Kemenag
Bintan memberikan khutbah di Masjid Darul Muttaqien Polres Bintan, Jumat, 26
Juli 2024.
Setelah
mengetengahkan puji syukur, Parman Effendi menyampaikan khutbah Jumat dengan
esensi menata hati sebagai upaya menata kehidupan.
Artinya,
“Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka
baik pula seluruh tubuh. Jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh.
Daging tersebut ialah hati,” (HR al-Bukhari).
Dari
hadits ini, dapat dipetik satu pelajaran penting bahwa hati adalah pemimpin.
Sedangkan anggota tubuh yang lain adalah pengikut atau prajuritnya. Jika
kondisi hati selaku pemimpin baik, maka insya Allah anggota tubuh selaku
pengikutnya pun akan baik.
Namun,
sebaliknya jika hati tidak baik, maka tidak ada harapan anggota tubuh lain
selaku pengikutnya akan baik. Dengan demikian, baik-buruknya perilaku
seseorang bergantung pada keadaan hatinya. Oleh karena itu, siapa saja yang
ingin mengubah diri serta memperbaiki tingkah laku anggota tubuhnya, maka
hendaknya memulai dengan menata dan memperbaiki hati.
Menurut
ulama yang berpengalaman dalam urusan hati dalam pencarian jatidiri telah
menjawab hal ini. Salah satunya Syekh Khalib ibn ‘Utsman al-Sabt, seperti yang
diungkapkapnya dalam kitab Nuzhatul Fudhalâ, Namun sebelum menyebutkan
upaya-upaya dimaksud, beliau menekankan pentingnya niat dan itikad kuat dari
hati itu sendiri untuk memperbaikinya. Sebab, mustahil suatu perubahan dan
perbaikan akan tercapai tanpa itikad yang kuat. Menurutnya, ada banyak
upaya dalam menata hati sebagai wasilah untuk menata kehidupan ini.
Setidaknya ada lima (5) upaya
penting,dalam menata hati yaitu pertama
adalah mujahadah atau perjuangan melawan nafsu yang dilakukan secara
terus-menerus dan konsisten.Upaya ini dibutuhkan kesabaran yang luar biasa.
sampai benar-benar istiqamah, tatkala hati seorang hamba sudah istiqamah, maka
istiqamah pula anggota tubuh dan amal perbuatannya. Sehingga godaan apa pun
yang datang membisikkan hati, maka hati itu akan tetap lurus dalam
ketaatan.
Upaya
menata hati yang kedua adalah banyak mengingat kematian dengan cara pergi
ziarah kubur dan melayat orang yang meninggal dunia. Ketahuilah dengan mengingat
kematian akan menghidupkan dan melembutkan hati kita yang keras. Maka dari itu,
luangkanlah waktu untuk merenungkan kematian, berziarah kubur, dan mengantarkan
jenazah. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad.
Artinya: “Perbanyaklah
kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)”. (HR. Tirmidzi).
Upaya
menata hati ketiga, adalah merenungkan keagungan dan kehebatan ciptaan Allah
Swt, yang berupa alam semesta ini beserta isinya. Hal ini sejalan dengan fungsi
akal dan hati sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an.
Artinya: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QS. Ali Imran 190).
Ayat
ini mengingatkan kita untuk selalu mengingat Allah melalui
keagungan-keagungan-Nya. Dan jangan bergantung kepada selain-Nya. Sebab, ketika
hati sudah bergantung kepada makhluk, maka ia akan tersiksa oleh makhluk
tersebut, baik makhluk dimaksud berupa anak, istri, kendaraan, perhiasan,
maupun yang lainnya. Maka dasarilah hubungan kita dengan makhluk atau dengan
dunia itu karena Allah, maka niscaya hubungan itu akan mendatangkan kelapangan
dan kekuatan hati. Seorang ulama menyatakan, “Setiap kali hati bertambah
cinta kepada Allah, maka ia bertambah pula penghambaannya kepada Allah. Dan
bertambah pula kecintaan dan kebebasannya dari selain Allah.”
Keempat,
perkara yang dapat memperbaiki kondisi hati ialah Istiqomah dalm melakukan
kebaikan ataun amalan saleh dengan berbagai macam jenisnya. Dalam hal ini, Ibnu
‘Abbas menyatakan, “Kebaikan itu akan melahirkan cahaya bagi hati, sinar bagi
wajah, kekuatan bagi badan, tambahan untuk rezeki, dan kecintaan dalam hati
makhluk. Sebaliknya, keburukan hanya akan menimbulkan bekas hitam pada
wajah, kegelapan dalam hati, keletihan bagi badan, kekurangan dalam rezeki, dan
kemarahan dalam hati makhluk.
Artinya: “Jika
seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda
hitam,” (HR. at-Tirmidzi).
Upaya
menata hati kelima yaitu menggunakan hati sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Ketahuilah, hati diciptakan untuk menjadi salah satu hamba Allah. Ia tercipta
untuk menunaikan amalan-amalan yang luhur, seperti bertauhid, tafakur,
tasyakur, berzikir, dan sebagainya.
Namun,
jika hati itu rusak maka amalan mulia itu tak akan terlaksana. Banyak sekali
hadits yang berbicara tentang hal ini. Sulaiman al-Khawash menuturkan, “Zikir
bagi hati ibarat makanan bagi tubuh. Namun, tubuh tidak akan merasakan lezatnya
makanan selama tubuh tersebut sakit. Demikian halnya dengan hati. Ia tidak akan
merasakan manisnya zikir selama ia sedang cinta kepada dunia.” Dan perlu
diingat bahwa berzikir akan mendatangkan ketenangan hati, sebagaimana dalam
Al-Qur'an:
Artinya: “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram,”
(QS. (QS. Ar-Ra’du [13]: 28).